TUGAS
KIMIA
IKATAN KIMIA
O
L E H
KELOMPOK
3
· M111
13 051 Khaerum Nisa
· M111
13 053 Chindy Gloria Saranga’
· M111
13 061 Muh. Fikri Rum
· M111
13 078 Muh. Fadly Alamsyah
· M111
13 082 Sri Arfiani Rahim Sila
· M111
13 084 Lela Satriani Candra
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2 0 1 3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaiakan karya tulis ilmiah dengan judul IKATAN
KIMIA. Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok
dalam mata kuliahan Kimia.
Atas bimbingan bapak/ibu dosen dan
saran dari teman-teman maka disusunlah karya tulis ilmiah ini. Semoga dengan
tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi
salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Karya tulis ini diharapkan bisa
bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis
banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam menyusun karya tulis ini penulis
telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk membuat karya tulis yang
sebaik-baiknya.
Sebagai
pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh
karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi
lebih baik.
Demikianlah kata pengantar karya
tulis ini dan penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat digunakan
sebagaimana mestinya. Amin.
Makassar, 14 September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A.
Latar Belakang 1
B.
Rumusan Masalah 2
C.
Tujuan Penulisan 3
D. Manfaat
Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
1.
Terbentuknya Ikatan Kimia 4
2. Jenis-Jenis
Ikatan Kimia 5
BAB III PENUTUP 15
A.
Kesimpulan 15
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada umumnya unsur-unsur dijumpai tidak dalam
keadaan bebas (kecuali pada suhu tinggi), melainkan sebagai suatu
kelompok-kelompok atom yang disebut sebagai molekul. Dari fakta ini dapat
disimpulkan bahwa secara energi, kelompok-kelompok atom atau molekul merupakan
keadaan yang lebih stabil dibanding unsur-unsur dalam keadaan bebas.
Selain gas mulia di alam unsur-unsur
tidak selalu berada sebagai unsur bebas (sebagai atom tunggal), tetapi
kebanyakan bergabung dengan atom unsur lain. Tahun 1916 G.N. Lewis dan W.
Kossel menjelaskan hubungan kestabilan gas mulia dengan konfigurasi elektron.
Kecuali He; mempunyai 2 elektron valensi; unsur-unsur gas mulia mempunyai 8 elektron
valensi sehingga gas mulia bersifat stabil. Atom-atom unsur cenderung mengikuti
gas mulia untuk mencapai kestabilan.
Jika atom berusaha memiliki 8 elektron
valensi, atom disebut mengikuti aturan oktet. Unsur-unsur dengan nomor atom
kecil (seperti H dan Li) berusaha mempunyai elektron valensi 2 seperti He disebut
mengikuti aturan duplet. Cara yang diambil unsur supaya dapat mengikuti gas
mulia, yaitu:
1. melepas atau menerima elektron;
2. pemakaian bersama pasangan elektron.
Pada bab struktur atom dan sistem periodik unsur,
Anda sudah mempelajari bahwa sampai saat ini jumlah unsur yang dikenal manusia,
baik unsur alam maupun unsur sintetis telah mencapai sebanyak 118 unsur.
Tahukah Anda bahwa di alam semesta ini sangat jarang sekali ditemukan atom
berdiri sendirian, tapi hampir semuanya berikatan dengan dengan atom lain dalam
bentuk senyawa, baik senyawa kovalen maupun senyawa ionik. Pernahkah Anda
membayangkan berapa banyak senyawa yang dapat terbentuk di alam semesta ini?
Mengapa atom-atom tersebut dapat saling berikatan satu dengan yang lain? Apakah
setiap atom pasti dapat berikatan dengan atom-atom lain? Apakah ikatan
antaratom dalam senyawa – senyawa di alam ini semuanya sama? Untuk mengetahui
jawaban dari pertanyaan – pertanyaan tersebut, Anda harus mempelajari bab Ikatan
kimia ini.
Pada bab ini Anda akan mempelajari apakah ikatan
kimia itu, mengapa atom-atom dapat saling berikatan, apa saja jenis-jenis
ikatan kimia, dan lain-lain. Gaya yang mengikat atom-atom dalam molekul atau
gabungan ion dalam setiap senyawa disebut ikatan kimia. Konsep ini
pertama kali dikemukakan pada tahun 1916 oleh Gilbert Newton Lewis (1875-1946) dari Amerika dan Albrecht Kossel (1853-1927) dari
Jerman.
Konsep tersebut adalah:
1. Kenyataan
bahwa gas-gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn) sukar membentuk senyawa
merupakan bukti bahwa gas-gas mulia memiliki susunan elektron yang stabil.
2. Setiap
atom mempunyai kecenderungan untuk memiliki susunan elektron yang stabil
seperti gas mulia. Caranya dengan melepaskan elektron atau menangkap elektron.
3. Untuk
memperoleh susunan elektron yang stabil hanya dapat dicapai dengan cara
berikatan dengan atom lain, yaitu dengan cara melepaskan elektron, menangkap
elektron, maupun pemakaian elektron secara bersama-sama.
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu :
1.
Bagaimanakah terbentuknya
ikatan kimia?
2.
Apa-apa sajakah jenis dari
ikatan kimia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1.
Sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti mata kuliah Kimia.
2.
Menambah wawasan tentang ikatan
kimia.
3.
Mengetahui lebih mendalam
tentang ikatan kimia yang kita temukan dalam kehidupan.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat
dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1.
Sebagai pedoman untuk
menambah pengetahuan dalam membuat suatu karya ilmiah.
2.
Sebagai referensi bagi
penulis dalam pembuatan makalah berikutnya.
3.
Sebagai bahan bacaan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Terbentuknya Ikatan Kimia
Pada umumnya atom tidak berada dalam
keadaan bebas, tetapi bergabung dengan atom lain membentuk senyawa. Dari 90
buah unsur alami ditambah dengan belasan unsur buatan, dapat dibentuk senyawa
dalam jumlah tak hingga.
Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi
dan membentuk molekul. Interaksi ini selalu disertai dengan pelepasan energi,
sedangkan gaya-gaya yang menahan atom-atom dalam molekul merupakan suatu ikatan
yang dinamakan ikatan kimia. Ikatan kimia terbentuk karena unsur-unsur ingin memiliki
struktur elektron stabil. Struktur elektron stabil yang dimaksud yaitu struktur
elektron gas mulia (Golongan VIII A).
Sebuah atom cenderung melepaskan
elektron apabila memiliki elektron terluar 1, 2, atau 3 elektron dibandingkan
konfigurasi elektron gas mulia yang terdekat.
Contoh:
11Na : 2 8 1 ; Gas
mulia terdekat ialah 10Ne : 2 8
Jika dibandingkan dengan atom Ne, maka atom Na kelebihan satu
elektron. Untuk memperoleh kestabilan, dapat dicapai dengan cara melepaskan
satu elektron.
Na (2 8 1) à Na+ (2 8) + e–
Sebuah atom cenderung menerima
elektron apabila memiliki elektron terluar 4, 5, 6, atau 7 elektron
dibandingkan konfigurasi elektron gas mulia yang terdekat.
Contoh:
9F : 2 7 ; Gas mulia
yang terdekat ialah 10Ne : 2 8.
Konfigurasi
Ne dapat dicapai dengan cara menerima satu elektron.
F (2 7) + e– à F-
(2 8)
Jika masing-masing atom sukar untuk
melepaskan elektron (memiliki keelektronegatifan tinggi), maka atom-atom
tersebut cenderung menggunakan elektron secara bersama dalam membentuk suatu
senyawa. Cara Ini merupakan peristiwa yang terjadi pada pembentukan ikatan
kovalen. Misalnya atom fluorin dan fluorin, keduanya sama-sama kekurangan
elektron, sehingga lebih cenderung memakai bersama elektron terluarnya.
Jika suatu atom melepaskan elektron,
berarti atom tersebut memberikan elektron kepada atom lain. Sebaliknya, jika
suatu atom menangkap elektron, berarti atom itu menerima elektron dari atom
lain. Jadi, susunan elektron yang stabil dapat dicapai dengan berikatan dengan
atom lain.
Kecenderungan atom-atom untuk memiliki struktur atau
konfigurasi elektron seperti gas mulia atau 8 elektron pada kulit terluar
disebut ”kaidah oktet”.
Sementara
itu atom-atom yang mempunyai kecenderungan untuk memiliki konfigurasi elektron
seperti gas helium disebut ”kaidah duplet”.
Agar dapat mencapai struktur elektron seperti gas mulia,
antarunsur mengadakan hal-hal berikut.
1. Perpindahan
elektron dari satu atom ke atom lain (serah terima elektron).
Atom yang
melepaskan elektron akan membentuk ion positif, sedangkan atom yang menerima
elektron akan berubah menjadi ion negatif, sehingga terjadilah gaya
elektrostatik atau tarik-menarik antara kedua ion yang berbeda muatan. Ikatan
ini disebut ikatan ion.
2. Pemakaian
bersama pasangan elektron oleh dua atom sehingga terbentuk ikatan kovalen.
3. Selain
itu, dikenal juga adanya ikatan lain yaitu:
a. Ikatan
logam,
b. Ikatan
hidrogen,
c. Ikatan
Van der Waals.
2.
Jenis-Jenis Ikatan Kimia
2.1 Ikatan Ion
Atom-atom yang melepas elektron
menjadi ion positif (kation) sedang atom-atom yang menerima elektron menjadi
ion negatif (anion). Ikatan ion biasanya disebut ikatan elektrovalen. Senyawa yang
memiliki ikatan ion disebut senyawa ionik. Senyawa ionik biasanya terbentuk
antara atom-atom unsur logam dan nonlogam.
Ikatan ion yaitu ikatan yang terbentuk sebagai
akibat adanya gaya tarik-menarik antara ion positif dan ion negatif, ini terjadi karena kedua ion tersebut memiliki perbedaan
keelektronegatifan yang besar. Ion positif terbentuk karena unsur logam
melepaskan elektronnya, sedangkan ion negatif terbentuk karena unsur nonlogam
menerima elektron. Ikatan ion terjadi karena adanya serah terima elektron. Contoh: NaCl, MgO, CaF2, Li2O, AlF3, dan lain-lain.
Ikatan ion merupakan ikatan yang relatif kuat. Pada
suhu kamar, semua senyawa ion berupa zat padat kristal dengan struktur
tertentu. NaCl mempunyai struktur yang berbentuk kubus, di mana tiap ion Na+
dikelilingi
oleh
6 ion Cl– dan tiap ion Cl– dikelilingi oleh 6 ion Na+.
Atom-atom membentuk ikatan ion karena masing-masing
atom ingin mencapai keseimbangan/kestabilan seperti struktur elektron gas
mulia. Ikatan ion terbentuk antara:
a. ion
positif dengan ion negatif,
b. atom-atom
berenergi potensial ionisasi kecil dengan atom-atom berafinitas elektron besar
(Atom-atom unsur golongan IA, IIA dengan atom-atom unsur golongan VIA, VIIA),
c. atom-atom
dengan keelektronegatifan kecil dengan atom-atom yang mempunyai
keelektronegatifan besar.
Sifat-sifat senyawa ion sebagai berikut.
a. Dalam
bentuk padatan tidak menghantar listrik karena partikel-partikel ionnya terikat
kuat pada kisi, sehingga tidak ada elektron yang bebas bergerak.
b. Leburan
dan larutannya menghantarkan listrik.
c. Umumnya
berupa zat padat kristal yang permukaannya keras dan sukar digores.
d. Titik
leleh dan titik didihnya tinggi.
e. Larut
dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut nonpolar.
Lambang titik elektron Lewis terdiri
atas lambang unsur dan titik-titik yang setiap titiknya menggambarkan satu
elektron valensi dari atom-atom unsur. Titik-titik elektron adalah elektron
terluarnya.
Untuk membedakan asal elektron valensi
penggunaan tanda (O) boleh diganti dengan tanda (x), tetapi pada dasarnya elektron
mempunyai lambang titik Lewis yang mirip.
Lambang titik Lewis untuk logam
transisi, lantanida, dan aktinida tidak dapat dituliskan secara sederhana,
karena mempunyai kulit dalam yang tidak terisi penuh. Lambang Lewis juga
membantu untuk menentukan bentuk suatu ikatan atom. Berikut bentuk-bentuk
molekul .
2.2 Ikatan Kovalen
Bila atom-atom yang memiliki
keelektronegatifan sama bergabung, maka tidak akan terjadi perpindahan elektron,
tetapi kedua elektron itu digunakan bersama oleh kedua atom yang berikatan. Ikatan
kovalen adalah ikatan yang terjadi antara unsur nonlogam dengan unsur nonlogam
yang lain dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron. Adakalanya dua atom
dapat menggunakan lebih dari satu pasang elektron. Ikatan kovalen terbentuk di
antara dua atom yang sama-sama ingin menangkap elektron (sesama atom bukan
logam). Apabila yang digunakan bersama dua pasang atau tiga pasang maka akan
terbentuk ikatan kovalen rangkap dua atau rangkap tiga. Jumlah elektron valensi
yang digunakan untuk berikatan tergantung pada kebutuhan tiap atom untuk
mencapai konfigurasi elektron seperti gas mulia (kaidah duplet atau oktet).
Ikatan kovalen terjadi karena pemakaian
bersama pasangan elektron oleh atom-atom yang berikatan. Pasangan elektron yang
dipakai bersama disebut pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron
valensi yang tidak terlibat dalam pembentukan ikatan kovalen disebut pasangan elektron
bebas (PEB). Ikatan kovalen umumnya terjadi antara atom-atom unsur nonlogam,
bisa sejenis (contoh: H2, N2, O2, Cl2,
F2, Br2, I2) dan berbeda jenis (contoh: H2O,
CO2, dan lain-lain). Senyawa yang hanya mengandung ikatan kovalen disebut
senyawa kovalen.
Penggunaan bersama pasangan elektron digambarkan
oleh Lewis menggunakan titik elektron. Rumus Lewis merupakan tanda atom yang di
sekelilingnya terdapat titik, silang atau bulatan kecil yang menggambarkan elektron
valensi atom yang bersangkutan. Struktur Lewis
adalah penggambaran ikatan kovalen yang menggunakan lambang titik Lewis di mana
PEI dinyatakan dengan satu garis atau sepasang titik yang diletakkan di antara
kedua atom dan PEB dinyatakan dengan titik-titik pada masing-masing atom.
Apabila dua atom hidrogen membentuk ikatan maka
masing-masing atom menyumbangkan sebuah elektron dan membentuk sepasang
elektron yang digunakan bersama. Sepasang elektron bisa digantikan dengan
sebuah garis yang disebut tangan ikatan. Jumlah tangan dapat
menggambarkan jumlah ikatan dalam suatu senyawa kovalen.
Sifat-sifat senyawa kovalen sebagai berikut:
a. Pada
suhu kamar umumnya berupa gas (misal H2, O2, N2,
Cl2, CO2), cair (misalnya: H2O dan HCl),
ataupun berupa padatan.
b. Titik
didih dan titik lelehnya rendah, karena gaya tarik-menarik antarmolekulnya
lemah meskipun ikatan antaratomnya kuat.
c. Larut
dalam pelarut nonpolar dan beberapa di antaranya dapat berinteraksi dengan
pelarut polar.
d. Larutannya
dalam air ada yang menghantar arus listrik (misal HCl) tetapi sebagian besar tidak
dapat menghantarkan arus listrik, baik padatan, leburan, atau larutannya.
Anda dapat memprediksi ikatan kimia apabila
mengetahui konfigurasi elektron dari atom unsur tersebut (elektron valensinya).
Dari situ akan diketahui jumlah kekurangan elektron masing-masing unsur
untuk mencapai kaidah oktet dan dupet (kestabilan struktur seperti struktur
elektron gas mulia). Jarak antara dua inti atom yang berikatan disebut panjang
ikatan. Sedangkan energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan disebut energi
ikatan. Pada pasangan unsur yang sama, ikatan tunggal merupakan ikatan yang
paling lemah dan paling panjang. Semakin banyak pasangan elektron milik
bersama, semakin kuat ikatan dan panjang ikatannya semakin kecil/pendek.
Adapun macam-macam ikatan kovalen berdasarkan jumlah
PEI-nya yaitu ikatan kovalen tunggal yaitu ikatan
kovalen yang memiliki 1 pasang PEI. Contoh: H2, H2O
(konfigurasi elektron H = 1; O = 2, 6) atau H – H , H-O-H , ikatan kovalen rangkap 2 yaitu ikatan
kovalen yang memiliki 2 pasang PEI. Contoh: O2, CO2
(konfigurasi elektron O = 2, 6; C = 2, 4) atau O = O , O = C = O, dan ikatan
kovalen rangkap 3 yaitu ikatan kovalen yang memiliki 3 pasang PEI. Contoh: N2
(Konfigurasi elektron N = 2, 5) atau N ≡ N.
Ikatan kovalen yang hanya melibatkan sepasang
elektron disebut ikatan tunggal (dilambangkan dengan satu garis),
sedangkan ikatan kovalen yang melibatkan lebih dari sepasang elektron disebut ikatan
rangkap. Ikatan yang melibatkan dua pasang elektron disebut ikatan
rangkap dua (dilambangkan dengan dua garis), sedangkan ikatan yang
melibatkan tiga pasang elektron disebut ikatan rangkap tiga (dilambangkan
dengan tiga garis).
a. Ikatan Kovalen Koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang
terjadi karena pasangan elektron yang dipakai bersama berasal dari salah satu
atom yang berikatan. Ikatan kovalen koordinasi
adalah ikatan kovalen yang PEI-nya berasal dari salah satu atom yang berikatan.
Ikatan kovalen koordinasi adalah
ikatan kovalen di mana pasangan elektron yang dipakai bersama hanya
disumbangkan oleh satu atom, sedangkan atom yang satu lagi tidak menyumbangkan
elektron.
Ikatan kovalen koordinat dapat terjadi antara suatu
atom yang mempunyai pasangan elektron bebas dan sudah mencapai konfigurasi oktet
dengan atom lain yang membutuhkan dua elektron dan belum mencapai konfigurasi
oktet.
Ketika membuat rumus Lewis dari asam-asam oksi
(misalnya asam sulfat/H2SO4) lebih dahulu dituliskan
bayangan strukturnya kemudian membuat rumus Lewisnya yang dimulai dari atom
hidrogen. Hal ini untuk mengetahui jenis-jenis ikatan yang ada, antara ikatan
kovalen atau ikatan kovalen koordinat.
Pada ikatan kovalen biasa, pasangan
elektron yang digunakan bersama dengan atom lain berasal dari masing-masing
atom unsur yang berikatan. Namun apabila pasangan elektron tersebut hanya
berasal dari salah satu atom yang berikatan, maka disebut ikatan kovalen koordinasi.
b. Polarisasi Ikatan
Kovalen
Perbedaan keelektronegatifan dua atom menimbulkan kepolaran
senyawa. Adanya perbedaan keelektronegatifan tersebut menyebabkan pasangan elektron
ikatan lebih tertarik ke salah satu unsur sehingga membentuk dipol. Adanya
dipol inilah yang menyebabkan senyawa menjadi polar.
Pada senyawa HCl, pasangan elektron milik bersama
akan lebih dekat pada Cl karena daya tarik terhadap elektronnya lebih besar dibandingkan
H. Hal itu menyebabkan terjadinya polarisasi pada ikatan H – Cl. Atom Cl lebih
negatif daripada atom H, hal tersebut menyebabkan terjadinya ikatan kovalen
polar.
Contoh:
1)
Senyawa kovalen polar: HCl, HBr, HI, HF, H2O, NH3.
2)
Senyawa kovalen nonpolar: H2, O2, Cl2, N2,
CH4, C6H6, BF3.
Pada ikatan kovalen yang terdiri lebih dari dua
unsur, kepolaran senyawanya ditentukan oleh hal-hal berikut.
1) Jumlah
momen dipol, jika jumlah momen dipol = 0, senyawanya bersifat nonpolar. Jika
momen dipol tidak sama dengan 0 maka senyawanya bersifat polar.
2) Bentuk
molekul, jika bentuk molekulnya simetris maka senyawanya bersifat nonpolar,
sedangkan jika bentuk molekulnya tidak simetris maka senyawanya bersifat polar.
Kedudukan pasangan elektron ikatan tidak selalu
simetris terhadap kedua atom yang berikatan. Hal ini disebabkan karena setiap
unsur mempunyai daya tarik elektron (keelektronegatifan) yang berbeda-beda.
Salah satu akibat dari keelektronegatifan adalah terjadinya polarisasi pada
ikatan kovalen.
Kepolaran dinyatakan dengan momen dipol (μ),
yaitu hasil kali antara muatan (Q) dengan satuan Coloumb dengan jarak (r)
satuan meter.
μ
= Q × r
Satuan
momen dipol adalah debye (D), di mana 1 D = 3,33 × 10–30 Cm.
Berikut
adalah sajian beberapa momen dipol dari senyawa kovalen.
Senyawa
|
Keelektronegatifan
|
Momen
Dipol (D)
|
HF
HCl
HBr
HI
|
1,8
1,0
0,8
0,5
|
1,91
1,03
0,79
0,38
|
2.3 Ikatan Logam
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang
terbentuk akibat penggunaan bersama elektron-elektron valensi antar atom-atom logam.
Ikatan
logam terjadi akibat interaksi antara elektron valensi yang bebas bergerak
dengan inti atau kation-kation logam yang menghasilkan gaya tarik. Contoh: logam besi, seng, dan perak. Ikatan logam
bukanlah ikatan ion atau ikatan kovalen. Salah satu teori yang dikemukakan
untuk menjelaskan ikatan logam adalah teori lautan elektron. Menurut teori ini,
atom logam harus berikatan dengan atom-atom logam yang lain untuk mencapai konfigurasi
elektron gas mulia. Dalam model ini, setiap elektron valensi mampu bergerak
bebas di dalam tumpukan bangun logam atau bahkan meninggalkannya sehingga
menghasilkan ion positif. Elektron valensi inilah yang membawa dan menyampaikan
arus listrik. Gerakan elektron valensi ini jugalah yang dapat memindahkan panas
dalam logam.
Contoh terjadinya ikatan logam. Tempat
kedudukan elektron valensi dari suatu atom besi (Fe) dapat saling tumpang tindih
dengan tempat kedudukan elektron valensi dari atom-atom Fe yang lain. Tumpang
tindih antarelektron valensi ini memungkinkan elektron valensi dari setiap atom
Fe bergerak bebas dalam ruang di antara ion-ion Fe+ membentuk lautan elektron.
Karena muatannya berlawanan (Fe2+ dan 2 e–), maka terjadi gaya
tarik-menarik antara ion-ion Fe+ dan elektron-elektron bebas ini. Akibatnya
terbentuk ikatan yang disebut ikatan
logam. Logam mempunyai sifat-sifat antara lain:
a.
pada suhu kamar umumnya padat,
b.
mengilap,
c.
menghantarkan panas dan listrik dengan baik,
d.
dapat ditempa dan dibentuk.
Dalam bentuk padat, atom-atom logam tersusun dalam
susunan yang sangat rapat (closely packed). Susunan logam terdiri atas
ion-ion logam dalam lautan elektron. Dalam susunan seperti ini elektron
valensinya relatif bebas bergerak dan tidak terpaku pada salah satu inti atom,
sehingga elektron-elektron ini tidak terus-menerus digunakan bersama oleh dua
ion yang sama. Bila diberikan energi, elektron-elektron ini mudah dioperkan
dari atom ke atom. Telah kita ketahui bahwa unsur
logam memiliki sedikit elektron valensi. Berarti, pada kulit luar atom logam
terdapat banyak orbital kosong. Hal ini menyebabkan elektron valensi unsur
logam dapat bergerak bebas dan dapat berpindah dari satu orbital ke orbital lain
dalam satu atom atau antar atom.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari bab
pembahasan di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa atom-atom saling mengikatkan diri satu sama lain karena
ingin menyetarakan kestabilan mereka, sesuai dengan kaidah oktet atau seperti
halnya golongan gas mulia yang telah memiliki kestabilan yang tidak dapat
terelakkan lagi (hukum alam). Adapun
jenis-jenis ikatan kimia terdiri atas 3 macam, yang pertama adalah ikatan ion
yang merupakan ikatan antara unsur-unsur logam dan non-logam, kedua adalah
ikatan kovalen yaitu pemakaian elektron secara bersama-sama oleh unsur
non-logam dan unsur non-logam, serta ikatan logam yang merupakan pemakaian
elektron secara bersama-sama oleh atom-atom logam.
B.
Saran
Adapun
saran yang dapat penulis berikan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1.
Sebaiknya
pihak universitas membatasi mahasiswa dalam pengambilan materi penulisan karya
ilmiah melalui internet agar mahasiswa lebih termotivasi dalam menemukan bahan
atau materi lewat beberapa buku di perpustakaan dan agar mahasiswa lebih
termotivasi untuk membaca buku.
2.
Sebaiknya
mahasiswa lebih mendalami pemahaman materi ikatan kimia karena materi ini merupakan materi dari salah
satu mata kuliah umum yang perlu diluluskan untuk pengambilan SKS berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Permana, Irvan. 2009. Memahami
Kimia 1 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia
Berbasis Eksperimen 2 untuk kelas XI SMA dan MA. Jawa Tengah: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Setyawati, Arifatun Arifah. 2009. Mengkaji Fenomena Alam untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri
Yamtinah dan Bakti Mulyani. 2009. Kimia
untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri
Yamtinah dan Bakti Mulyani. 2009. Kimia
untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Rohman Mengatakan: Izin buat referensi belajar kimia mbak. TErimakasih.
BalasHapus