TUGAS
KIMIA
STRUKTUR ATOM
O
L E H
KELOMPOK
3
· M111
13 051 Khaerum Nisa
· M111
13 053 Chindy Gloria Saranga’
· M111
13 061 Muh. Fikri Rum
· M111
13 078 Muh. Fadly Alamsyah
· M111
13 082 Sri Arfiani Rahim Sila
· M111
13 084 Lela Satriani Candra
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2 0 1 3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaiakan karya tulis ilmiah dengan judul “STRUKTUR
ATOM”. Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok
dalam mata kuliahan Kimia.
Atas bimbingan bapak/ibu dosen dan
saran dari teman-teman maka disusunlah karya tulis ilmiah ini. Semoga dengan
tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi
salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Karya tulis ini diharapkan bisa
bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis
banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam menyusun karya tulis ini penulis
telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk membuat karya tulis yang
sebaik-baiknya.
Sebagai
pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh
karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi
lebih baik.
Demikianlah kata pengantar karya
tulis ini dan penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat digunakan
sebagaimana mestinya. Amin.
Makassar, 28 Agustus 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A.
Latar Belakang 1
B.
Rumusan Masalah 1
C.
Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat
Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
1.
Perkembangan Teori Atom 3
2.
Bilangan Kuantum 13
3.
Bentuk dan Orientasi Orbital 15
4.
Konfigurasi Elektron 17
5.
Lambang Unsur 19
6. Isotop,
Isobar, dan Isoton Suatu Unsur 21
BAB III PENUTUP 22
A.
Kesimpulan 22
B. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Segala sesuatu benda dalam alam ini
mempunyai unsur dan partikel dalam penyusunannya. Suatu zat atau benda memiliki
beberapa partikel dalam menyusun dirinya, mulai dari partikel dalam ukuran
makro hingga partikel yang berukuran mikro. Dalam partikel berukuran mikro,
zat-zat itu akan tersusun atas partikel yang lebih kecil lagi sehingga pada
akhirnya tidak dapat dibagi lagi. Partikel itulah yang disebut dengan atom.
Konsep atom pertama kali dikemukakan
oleh Democritus. Atom berasal dari kata atomos (dalam bahasa Yunani a
= tidak, tomos = dibagi), jadi atom merupakan partikel yang sudah
tidak dapat dibagi lagi. Menurut Dalton konsep atom Democritus ini tidak
bertentangan dengan Hukum Kekekalan Massa dan Hukum Kekekalan Energi, sehingga
Dalton membuat teori tentang atom yang salah satunya adalah materi tersusun
atas partikel-partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi.
Tetapi konsep atom Dalton belum
memuaskan para ilmuwan pada masa itu. Ditemukannya elektron, proton, neutron, dan
radioaktivitas dalam atom menyebabkan
timbulnya teori baru tentang atom. Mulai dari teori atom Thomson, Rutherford, Bohr,
dan Mekanika Kuantum.
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu :
1.
Bagaimanakah perkembangan
teori atom ?
2.
Bagaimanakah deskripsi
struktur atom?
C. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1.
Sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti mata kuliah Kimia.
2.
Menambah wawasan tentang
struktur atom.
3.
Mengetahui perkembangan
teori atom.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat
dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1.
Sebagai pedoman untuk
menambah pengetahuan dalam membuat suatu karya ilmiah.
2.
Sebagai referensi bagi penulis
dalam pembuatan makalah berikutnya.
3.
Sebagai bahan bacaan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perkembangan Teori Atom
Teori atom pada awalnya dikemukakan untuk
menjelaskan reaksi kimia. Teori atom ini dimulai dengan teori atom Dalton yang menjelaskan
adanya hukum kekekalan massa dan hukum perbandingan tetap, serta mampu
meramalkan adanya hukum kelipatan perbandingan atau hukum perbandingan
berganda. Selanjutnya untuk dapat menjelaskan sifat-sifat atom lainnya, seperti
spektrum atom, sifat magnet dan listrik, serta bagaimana cara atom berikatan
membentuk senyawa kimia, berkembanglah model-model atom menurut Thomson,
Rutherford, Bohr dan melalui pedekatan mekanika kuantum. Model-model tersebut
terutama mengemukakan struktur atom yang berkaitan dengan kebolehjadian
menemukan posisi elektron di dalam volume ruang atom.
1.1 Teori Atom Dalton
Istilah atom untuk menyatakan bagian terkecil zat
yang tidak dapat dibagi lebih lanjut sudah dikemukakan oleh filosof Yunani,
Leucippus dan Democritus sejak 400 tahun sebelum Masehi. Berdasarkan pemikiran
bahwa konsep atom Democritus sesuai dengan Hukum Kekekalan Massa / Hukum
Lavoisier (1789) berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi sama” dan
Hukum Perbandingan Tetap / Hukum Proust (1797) berbunyi “perbandingan massa
unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tetap dan tertentu”, maka John
Dalton tahun 1803 merumuskan teori atom sebagai berikut :
a.
Materi tersusun atas
partikel-partikel terkecil yang disebut atom.
b.
Atom-atom penyusun unsur
bersifat identik (sama dan sejenis).
c.
Atom suatu unsur tidak
dapat diubah menjadi atom unsur lain.
d.
Senyawa tersusun atas 2
jenis atom atau lebih dengan perbandingan tetap dan tertentu.
e.
Pada reaksi kimia terjadi
penataulangan atom-atom yang bereaksi. Reaksi kimia terjadi karena pemisahan atom-atom
dalam senyawa untuk kemudian bergabung kembali membentuk senyawa baru.
Hal di
atas juga dikemukakan oleh Walter J. Lehman dalam bukunya yang berjudul Atomic and Molecular Structure, bahwa
“...Dalton described the properties of these
particles as follows: they cannot be divided (because they are nature’s basic
building blocks) and they cannot be destroyed or created (because of the Law of
Conservation of Mass).”
Dalam perkembangannya tidak semua
teori atom Dalton benar, karena pada tahun 1897 J.J.Thomson menemukan partikel
bermuatan listrik negatif yang kemudian disebut elektron. Tahun 1886 Eugene
Goldstein menemukan partikel bermuatan listrik positif yang kemudian disebut proton.
Dan tahun 1932 James Chadwick berhasil menemukan neutron.
Salah satu hipotesis Dalton adalah
reaksi kimia dapat terjadi karena penggabungan atom-atom atau pemisahan gabungan
atom. Misalnya, logam natrium bersifat netral dan reaktif dengan air dan dapat
menimbulkan ledakan. Jika logam natrium direaksikan dengan gas klorin yang
bersifat racun dan berbau merangsang, maka akan dihasilkan NaCl yang tidak
reaktif terhadap air, tidak beracun, dan tidak berbau merangsang seperti logam
natrium dan gas klorin.
Karena ada banyak hal yang tidak dapat
diterangkan oleh teori atom Dalton, maka para ilmuwan terdorong untuk melakukan
penyelidikan lebih lanjut tentang rahasia atom.
1.2 Teori Atom Thomson
Tonggak
sejarah perkembangan teori atom selanjutnya dimulai dari penemuan hukum Faraday
yang diperoleh melalui percobaan elektrolisis. Dari hukum tersebut disimpulkan
bahwa terdapat kaitan antara satuan muatan listrik dengan massa zat yang
dihasilakn pada kedua elektroda. Berdasarkan percobaan Faraday tersebut, G.
Johnstone Stoney (1891) mengusulkan bahwa muatan listrik terdapat dalam satuan
diskrit yang disebut elektron dan satuan ini berkaitan dengan atom.
Sifat
alamiah elektron diperjelas lebih lanjut oleh Thomson melalui percobaan tabung
penbawa muatan listrik yang menghasilkan sinar katoda, yaitu bergerak menurut
garis lurus, memiliki massa yang lebih ringan dari atom, mengalami pembelokan
oleh medan magnet atau medan listrik, serta tidak bergantung pada jenis gas
pengisi tabung dan material logam katoda. Dari karakteristik tersebut, Thomson
menyimpulkan bahwa sinar katoda pada hakekatnya adalah berkas partikel
bermuatan negatif yang disebut elektron dan merupakan partikel penyusun atom
secara universal.
Setelah tahun 1897 Joseph John Thomson
berhasil membuktikan dengan tabung sinar katode bahwa sinar katode adalah berkas
partikel yang bermuatan negatif (berkas elektron) yang ada pada setiap materi
maka tahun 1898 J.J.Thomson membuat suatu teori atom. Menurut Thomson, atom
berbentuk bulat di mana muatan listrik positif yang tersebar merata dalam atom
dinetralkan oleh elektron-elektron yang berada di antara muatan positif. Elektron-elektron
dalam atom diumpamakan seperti butiran kismis dalam roti, maka Teori Atom
Thomson juga sering dikenal Teori Atom Roti Kismis. Namun, kelemahan teori ini
adalah yaitu Thomson tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif
dalam bola atom tersebut.
Electron
yang bermuatan negatif merupakan partikel dasar penyusun atom, sedangkan zat
pada dasarnya tidak bermuatan (netral), sehingga partikel lain penyusun atom
haruslah suatu partikel yang bermuatan positif. Adanya partikel bermuatan
positif dibuktikan dengan adanya percobaan tabung pembawa muatan listrik dengan
menggunakan katoda yang berlubang-lubang dan pada bagian belakang katoda
tersebut terdapat lapisan yang dapat berluminisensi. Dari percobaan ini dapat
diidentifikasi adanya arus partikel bermuatan positif yang bergerak berlawanan
arah dengan sinar katoda. Berkas partikel positif tersebut kemudian disebut
sebagai sinar anoda atau sinar terusan (canal
rays). Besarnya angka banding muatan terhadap massa sinar terusan, ternyata
bervariasi bergantung pada jenis gas pengisi tabung pembawa muatan listrik
tersebut. Sifat-sifat-sinar terusan adalah :
a. Terdiri
dari partikel bermuatan positif yang bermassa hampir sama dengan massa atom
relatif gas pengisi tabung pembawa muatan listrik.
b. Bergerak
menurut garis lurus, dan dibelokkan oleh medan listrik maupun medan magnet ke arah
yang berlawanan dengan membelokkan sinar katoda.
c. Massa
partikel bermuatan positif paling kecil terjadi jika sebagai pengisi tabung pembawa
muatan listrik adalah hidrogen. Dari hasil ini kemudian disimpulkan bahwa partikel
bermuatan positif yang bermassa hampir sama dengan massa atom hidrogen disebut
proton.
1.3 Teori Atom
Rutherford
Pada
tahun 1896, Henry Becquerel melalui sejumlah percobaan mengamati bahwa
garam-garam uranium memancarkan radiasi yang dapat menghitamkan film fotografi.
Garam-garam uranium tersebut tanpa diaktifkan terlebih dahulu dengan cahaya
(tidak seperti gejala luminisensi) memancarkan radiasi yang memiliki daya
tembus seperti sinar-X yang telah ditemukan Rontgen.
Marie
Curie, pada tahun 1898, menunjukkan bahwa radiasi tersebut tidak hanya berasal
dari zat yang mengandung uranium, tetapi juga dari unsur-unsur baru yang
ditemukannya, yaitu polonium dan radium. Kemudian bersama dengan Piere Curie,
ia menyimpulkan bahwa radiasi yang dipancarkan tersebut adalah suatu gejala
atomik untuk suatu unsur, tidak berkaitan dengan keadaan fisika maupun
kimia. Gejala atomik tersebut kemudian
diperkenalkannya sebagai gejala keradioaktifan.
Pada
tahun 1899, Rutherford dengan menggunakan alat elektrometer dan lempengan tipis
aluminium mendemonstrasikan bahwa radiasi yang dipancarkan tersebut dapat
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu radiasi alfa dan radiasi beta. Jenis yang
pertama terserap sempurna oleh aluminium dengan ketebalan beberapa
m, sedangkan jenis kedua memiliki daya
tembus terhadap aluminium kira-kira seratus kali daya tembus radiasi jenis
pertama. Pada tahun 1900, dilaporkan oleh P. Curie dan Villard, adanya radiasi
jenis ketiga yang dipancarkan dari gejala keradioaktifan yang disebut sinar
gamma, yang memiliki daya tembus jauh lebih besar dari sinar beta.
Mengenai
gejala alamiah keradioaktifan ini, Rutherford dan Soddy pada tahun 1902 telah
sampai pada pengertian yang mendalam dan menyimpulkan bahwa unsur-unsur
radioaktif mengalami transformasi spontan dari suatu bentuk atom menjadi bentuk
atom yang lain, disertai dengan perubahan-perubahan subatomik dan pemancaran
radiasi radioaktif. Pada tahun 1903 Philipp
Lenard melalui percobaannya membuktikan bahwa teori atom Thomson yang
menyatakan bahwa elektron tersebar merata dalam muatan positif atom adalah
tidak benar. Hal ini mendorong Ernest
Rutherford (1911) tertarik melanjutkan eksperimen Lenard. Dengan bantuan kedua
muridnya Hans Geiger dan Ernest Marsden, Rutherford melakukan percobaan dengan
hamburan sinar α pada lempeng tipis emas. Partikel α bermuatan positif,
bergerak lurus, berdaya tembus besar sehingga bisa menembus lembaran tipis
kertas.
Berdasarkan
percobaan tersebut disimpulkan bahwa:
a.
Sebagian besar ruang dalam
atom adalah ruang hampa; partikel α diteruskan.
b.
Di dalam atom terdapat
suatu bagian yang sangat kecil dan padat yang disebut inti atom; partikel α
dipantulkan kembali oleh inti atom.
c.
Muatan inti atom dan
partikel α sejenis yaitu positif; sebagian kecil partikel α dibelokkan.
Hasil percobaan tersebut menggugurkan teori atom Thomson.
Kemudian Rutherford mengajukan teori atom sebagai berikut: atom tersusun
atas inti atom yang bermuatan positif sebagai pusat massa dan dikelilingi elektron-elektron
yang bermuatan negatif. Massa atom berpusat pada inti dan sebagian besar
volume atom merupakan ruang hampa. Atom bersifat netral, karena itu jumlah
muatan positif dalam atom (proton) harus sama dengan jumlah elektron. Diameter
inti atom berkisar 10–15 m, sedang diameter atom berkisar 10–10 m.
Kelemahan teori atom Rutherford:
a.
Tidak dapat menjelaskan
bahwa atom bersifat stabil.
Teori atom Rutherford
bertentangan dengan Hukum Fisika Maxwell. Jika partikel bermuatan negatif (elektron)
bergerak mengelilingi partikel bermuatan berlawanan (inti atom bermuatan
positif), maka akan mengalami percepatan dan memancarkan energi berupa
gelombang elektromagnetik. Akibatnya energi elektron semakin berkurang. Jika
demikian halnya maka lintasan elektron akan berupa spiral. Pada suatu saat
elektron tidak mampu mengimbangi gaya tarik inti dan akhirnya elektron jatuh ke
inti. Sehingga atom tidak stabil padahal kenyataannya atom stabil.
b.
Tidak dapat menjelaskan
bahwa spektrum atom hidrogen berupa spektrum garis (diskrit/diskontinu).
Jika elektron berputar mengelilingi
inti atom sambil memancarkan energi, maka lintasannya berbentuk spiral. Ini berarti
spektrum gelombang elektromagnetik yang dipancarkan berupa spektrum pita
(kontinu) padahal kenyataannya dengan spektrometer atom hidrogen menunjukkan
spektrum garis.
1.4 Teori Kuantum
Planck
Max Planck,
ahli fisika dari Jerman, pada tahun 1900 mengemukakan teori kuantum. Planck
menyimpulkan bahwa atom-atom dan molekul dapat memancarkan atau menyerap energi
hanya dalam jumlah tertentu. Jumlah atau paket energi terkecil yang dapat
dipancarkan atau diserap oleh atom atau molekul dalam bentuk radiasi
elektromagnetik disebut kuantum.
Planck menemukan bahwa energi foton (kuantum)
berbanding lurus dengan frekuensi cahaya.
E
= h · ν
dengan:
E
= energi (J)
h
= konstanta Planck 6,626 × 10–34 J. s
ν
= frekuensi radiasi (s–1)
Salah satu fakta yang mendukung
kebenaran dari teori kuantum Max Planck adalah efek fotolistrik, yang
dikemukakan oleh Albert Einstein pada tahun 1905. Efek fotolistrik adalah
keadaan di mana cahaya mampu mengeluarkan
elektron
dari permukaan beberapa logam (yang paling terlihat adalah logam alkali).
Einstein menerangkan bahwa cahaya terdiri dari
partikel-partikel foton yang energinya sebanding dengan frekuensi cahaya. Jika
frekuensinya rendah, setiap foton mempunyai jumlah energi yang sangat sedikit
dan tidak mampu memukul elektron agar dapat keluar dari permukaan logam. Jika
frekuensi (dan energi) bertambah, maka foton memperoleh energi yang cukup untuk
melepaskan elektron. Hal ini menyebabkan kuat arus juga akan meningkat. Energi
foton bergantung pada frekuensinya.
E
= h . ν = h .
dengan :
E
= energi (J)
h
= konstanta Planck 6,626 × 10–34 J. s
ν
= frekuensi radiasi (s–1)
c = kecepatan
cahaya 3 x 108 m/s
λ = panjang
gelombang
1.5
Teori Atom Bohr
Diawali dari pengamatan Niels Bohr
terhadap spektrum atom, adanya spektrum garis menunjukkan bahwa elektron hanya
beredar pada lintasan-lintasan dengan energi tertentu. Model
atom yang dikemukakan oleh Bohr mampu menjelaskan terjadinya garis-garis
spektrum pada atom hidrogen, tetapi gagal untuk meramalkan terjadinya spektrum
yang dipancarkan atom-atom unsur lain.
Bohr (1913) menyatakan bahwa elektron-elektron
beredar mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu. Masing-masing
lintasan mempunyai tingkatan energi yang berbeda-beda. Jika lintasan energi
semakin jauh, maka semakin tinggi energinya. Elektron-elektron dapat pindah
dari lintasan tingkat energi satu ke lintasan energi lain dengan cara menyerap
atau melepaskan energi. Jika elektron pindah dari lintasan energi yang tinggi
ke lintasan energi yang lebih rendah, maka akan melepaskan energi, sebaliknya
elektron memerlukan energi untuk dapat pindah dari lintasan dengan energi
rendah ke lintasan dengan tingkat energi lebih tinggi.
Masih ingatkah kalian mengapa jika suatu senyawa
tertentu memiliki warna yang berbeda-beda jika dibakar dalam nyala api? Perbedaan
nyala yang dihasilkan oleh senyawa atau unsur tertentu dikarenakan terjadinya
loncatan elektron dari lintasan energi yang lebih tinggi menuju lintasan energi
yang lebih rendah. Model atom Bohr telah berhasil menerangkan terjadinya spektrum
yang terjadi pada suatu unsur atau senyawa. Namun demikian model atom Bohr
menjadi lemah karena munculnya teori ahli fisika lain.
Kelemahan teori atom Bohr:
a.
Hanya mampu menjelaskan
spektrum atom hidrogen tetapi tidak mampu menjelaskan spektrum atom yang lebih
kompleks (dengan jumlah elektron
yang lebih banyak).
b.
Orbit/kulit elektron
mengelilingi inti atom bukan berbentuk lingkaran melainkan berbentuk elips.
c. Bohr menganggap elektron hanya sebagai partikel bukan sebagai
partikel dan gelombang, sehingga kedudukan elektron dalam atom merupakan
kebolehjadian.
1.6 Hipotesis de Broglie
Pada tahun 1924, Louis de Broglie, menjelaskan bahwa cahaya dapat berbentuk
partikel pada suatu waktu, yang memperlihatkan sifat-sifat seperti gelombang.
Beliau mengemukakan bahwa elektron yang bergerak mempunyai sifat-sifat
gelombang. Ia menggambarkan persamaan Einstein (energi suatu partikel bermassa
m).
E=mc2......................................................................... (1
dengan
persamaan Planck (energi suatu gelombang berfrekuensi ν)
E=hν ........................................................................ (2
Persamaan (1 = persamaan (2
mc2 = hν =
m =
........................................................................ (3
De Broglie berpendapat jika sesuatu
merupakan gelombang sebagaimana sinar dipertimbangkan sebagai aliran suatu
partikel maka ia mengusulkan bahwa sinar partikel seperti elektron dapat
dipikirkan sebagai gelombang. Tidak seperti sinar yang berjalan dengan
kecepatan tetap, elektron berjalan dengan kecepatan tidak tetap (bervariasi).
Maka, disubstitusikanlah kecepatan cahaya (c) pada persamaan (3 dengan
kecepatan elektron (ν), menghasilkan :
m =
atau
λ =
dengan :
λ = panjang gelombang
(m)
h = tetapan Planck (6,626
× 10–34 J. s atau 6,63 × 10–34 kg m2 s-1)
m = massa
elektron (kg)
ν = kecepatan
atau frekuensi elektron (m/s)
1.7 Teori Mekanika Kuantum
Dalam fisika klasik, partikel memiliki posisi dan
momentum yang jelas dan mengikuti lintasan yang pasti. Akan tetapi, pada skala
atomik, posisi dan momentum atom tidak dapat ditentukan secara pasti. Hal ini
dikemukakan oleh Werner Heisenberg pada
tahun 1927 dengan Prinsip Ketidakpastian (uncertainty principle).
Menurut Heisenberg, metode eksperimen apa saja yang
digunakan untuk menentukan posisi atau momentum suatu partikel kecil dapat menyebabkan
perubahan, baik pada posisi, momentum, atau keduanya. Jika suatu percobaan dirancang
untuk memastikan posisi elektron, maka momentumnya menjadi tidak pasti,
sebaliknya jika percobaan dirancang untuk memastikan momentum atau kecepatan
elektron, maka posisinya menjadi tidak pasti.
Untuk mengetahui posisi dan momentum suatu elektron
yang memiliki sifat gelombang, maka pada tahun 1927, Erwin Schrodinger, mendeskripsikan pada sisi elektron tersebut
dengan fungsi gelombang (wave function) yang memiliki satu nilai pada
setiap posisi di dalam ruang. Fungsi gelombang ini dikembangkan dengan notasi φ
(psi), yang menunjukkan bentuk dan energi gelombang elektron.
Teori mekanika kuantum menjelaskan bahwa elektron
yang bersifat sebagai gelombang tidak mungkin berada dalam suatu lintasan
sebagaimana teori atom Bohr. Jika elektron berada dalam suatu daerah atom, maka
posisi atau lokasi elektron tidak dapat ditentukan secara pasti. Keberadaan
elektron hanya dapat dikatakan di daerah yang kebolehjadiannya paling besar.
Daerah yang mempunyai kebolehjadian terdapatnya elektron dikenal dengan istilah
orbital. Orbital didefinisikan sebagai daerah atau ruang di sekitar inti yang
kemungkinan ditemukannya elektron terbesar. Beberapa orbital bergabung membentuk
kelompok yang disebut subkulit. Jika orbital kita analogikan sebagai
“kamar elektron”, maka subkulit dapat dipandang sebagai “rumah elektron”.
Beberapa subkulit yang bergabung akan membentuk kulit atau “desa elektron”.
Subkulit
|
Orbital
|
Elektron
Maksimum
|
s
|
1
|
2
|
p
|
3
|
6
|
d
|
5
|
10
|
f
|
7
|
14
|
g
|
9
|
18
|
h
|
11
|
22
|
i
|
13
|
26
|
Orbital-orbital dalam satu subkulit mempunyai
tingkat energi yang sama, sedangkan orbital-orbital dari subkulit berbeda,
tetapi dari kulit yang sama mempunyai tingkat energi yang bermiripan.
2. Bilangan Kuantum
Untuk menggambarkan letak elektron-elektron
dalam atom dikenalkan istilah bilangan kuantum. Dalam teori mekanika kuantum,
dikenal empat macam
bilangan
kuantum, yaitu bilangan kuantum utama(n),
bilangan kuantum azimuth(l),
bilangan kuantum magnetik(m),
dan bilangan kuantum spin(s).
2.1
Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama (n) menyatakan kulit tempat
orbital berada. Bilangan kuantum utama (n) diberi nomor dari n = 1 sampai dengan
n = ~
. Kulit-kulit tersebut disimbolkan dengan huruf, dimulai huruf K, L, M, N, dan
seterusnya.
Bilangan kuantum utama (n) terkait dengan jarak
rata-rata lautan elektron dari inti (jari-jari = r). Jika nilai n semakin
besar, maka jaraknya dengan inti semakin besar pula. Bilangan kuantum utama
terdiri atas orbital-orbital yang diberi simbol s, p, d, f, g, h, i, dan
seterusnya, yang kemudian dikenal dengan bilangan kuantum azimut.
2.2 Bilangan Kuantum Azimut (l)
Bilangan kuantum azimuth (l) membagi kulit menjadi orbital-orbital
yang lebih kecil (subkulit). Untuk setiap kulit n, memiliki bilangan kuantum
azimuth (l) mulai l = 0 sampai l = (n – 1). Biasanya subkulit dengan l = 1, 2,
3, …, (n – 1) diberi simbol s, p, d, f, dan seterusnya. Bilangan kuantum
azimuth (l) menggambarkan bentuk orbital. Selain itu, pada atom yang memiliki
dua elektron atau lebih bilangan kuantum azimuth(l) juga menyatakan tingkat energi.
Untuk kulit yang sama, energi subkulit akan meningkat dengan bertambahnya nilai
l. Jadi, subkulit s memiliki tingkat energi yang terendah, diikuti subkulit p,
d, f, dan seterusnya.
Kulit
Ke
|
Orbital
|
Bilangan
Kuantum Azimut (l)
|
1
(K)
|
1s
|
0
|
2
(L)
|
2s,
2s
|
0,
1
|
3
(M)
|
3s,
3p, 3d
|
0,
1, 2
|
4
(N)
|
4s,
4p, 4d, 4f
|
0,
1, 2, 3
|
Dst
|
Dst
|
Dst
|
2.3 Bilangan Kuantum Magnetik (m)
Bilangan kuantum magnetik (m) membagi bilangan
kuantum azimut menjadi orbital-orbital. Jumlah bilangan kuantum magnetik (m)
untuk setiap bilangan kuantum azimut (l) dimulai dari m = –l sampai m = +l .
Berikut adalah hubungan antara bilangan kuantum
utama, bilangan kuantum azimut dan bilangan kuantum magnetik.
Bilangan
Kuantum Utama (n)
|
Bilangan
Kuantum Azimut (l)
|
Bilangan
Kuantum Magnetik (m)
|
Jumlah
Orbital
|
1
(K)
|
0 1s
|
0
|
1
|
2
(L)
|
0 2s
|
0
|
1
|
1 2p
|
-1
, 0 , +1
|
3
|
|
3
(M)
|
0 3s
|
0
|
1
|
1 3p
|
-1
, 0 , +1
|
3
|
|
2 3d
|
-2
, -1 , 0 , +1 , +2
|
5
|
|
4
(N)
|
0 4s
|
0
|
1
|
1 4p
|
-1
, 0 , +1
|
3
|
|
2 4d
|
-2
, -1 , 0 , +1 , +2
|
5
|
|
3 4f
|
-3,-2,-1,0,+1,+2,+3
|
7
|
Dari
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, untuk subkulit s berjumlah orbital 1,
subkulit p jumlah orbitalnya 3, subkulit d orbitalny sebanyak 5, dan subkulit f
memiliki 7 orbital.
2.4 Bilangan Kuantum Spin (s)
Bilangan kuantum spin (s) menunjukkan arah putaran
atau spin atau rotasi sebuah elektron pada sumbunya. Arah rotasi elektron bisa
searah jarum jam (clockwise) atau berlawanan arah dengan jarum jam
(anticlockwise). Oleh karena itu diberi nilai ±
. Arah
rotasi yang searah jarum jam diberi notasi + atau simbol .
Sedangkan yang berlawanan arah dengan jarum jam diberi notasi – atau .
Bilangan kuantum spin merupakan dasar pengisian elektron dalam orbital.
Elektron-elektron yang ada dalam atom tidak mungkin berada
dalam keadaan yang sama persis antara satu atom dengan atom lain. Keberadaan
elektron dalam atom bersifat khas. Prinsip ini dikemukakan oleh Wolfgang Pauli,
1925 (dikenal Pauli). Pauli mengusulkan postulat bahwa sebuah elektron dapat
berada dalam dua kemungkinan keadaan yang ditandai dengan bilangan kuantum spin
+ ½ atau – ½, atau dengan kata lain setiap orbital hanya dapat ditempati oleh
maksimal dua elektron dengan spin yang berbeda.
3. Bentuk dan Orientasi Orbital
3.1 Orbital s
Orbital
yang paling sederhana untuk dipaparkan adalah orbital s. Bentuk orbital s
memiliki satu orbital dengan bentuk seperti bola, sehingga tidak tergantung
pada sudut manapun. Orbital s hanya terdapat 1 nilai m, sehingga hanya terdapat
1 orientasi, yaitu sama ke segala arah.
3.2 Orbital p
Orbital p berbentuk cuping-dumbbell (bagai balon
terpilin). Subkulit p memiliki tiga orbital. Pada subkulit ini terdapat 3 nilai
m (–1, 0, +1) sehingga terdapat 3 orientasi yang satu dan lainnya membentuk
sudut 90o.
3.3 Orbital d
Orbital d memiliki 5 orbital dengan bentuk yang
kompleks dan orientasi yang berbeda. Empat orbital pertama memiliki bentuk yang
sama, sedangkan satu orbital memiliki bentuk yang berbeda. Kelima orbital itu
adalah dxy, dxz, dyz, x2y2 d , dan 2 z d . Untuk
lebih jelas, perhatikan gambaran orbital subkulit d di bawah ini :
3.4 Orbital f
Orbital
f (mempunyai 7 orbital) dan dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu
1. kelompok pertama : fxyz
2. kelompok kedua : fx(z2
-
y2) , fy(z2
-
x2) , fz(x2 -
y2)
3. kelompok ketiga : fx3 , fy3
,
fz3
4. Konfigurasi Elektron
Suatu cara penulisan yang menunjukkan distribusi
elektron dalam orbital-orbital pada kulit utama dan subkulit disebut konfigurasi
elektron. Pada penulisan konfigurasi elektron perlu dipertimbangkan tiga
aturan (asas), yaitu prinsip Aufbau, asas larangan Pauli, dan kaidah Hund.
4.1 Prinsip Aufbau
Elektron-elektron
dalam suatu atom berusaha untuk menempati subkulit-subkulit yang berenergi
rendah, kemudian baru ke tingkat energi yang lebih tinggi. Dengan demikian,
atom berada pada tingkat energi minimum. Inilah yang
disebut
prinsip Aufbau.
Jadi, pengisian orbital dimulai dari orbital 1s,
2s, 2p, dan seterusnya. Pada
gambar
dapat dilihat bahwa subkulit 3d mempunyai energi lebih tinggi daripada subkulit
4s. Oleh karena itu, setelah 3p terisi penuh maka elektron
berikutnya akan mengisi subkulit 4s, baru kemudian akan mengisi subkulit
3d.
4.2 Kaidah Hund
Untuk menyatakan distribusi elektron-elektron pada
orbital-orbital dalam suatu subkulit, konfigurasi elektron dapat dituliskan
dalam bentuk diagram orbital. Suatu orbital dilambangkan dengan strip,
sedangkan dua elektron yang menghuni satu orbital dilambangkan dengan dua anak
panah yang berlawanan arah. Jika orbital hanya mengandung satu elektron, anak panah
dituliskan mengarah ke atas.
Dalam
kaidah Hund, dikemukakan oleh Friedrich Hund (1894 – 1968) pada tahun
1930, disebutkan bahwa elektron-elektron dalam orbital-orbital suatu subkulit
cenderung untuk tidak berpasangan. Elektron-elektron baru berpasangan apabila
pada subkulit itu sudah tidak ada lagi orbital kosong.
Orbital kosong (tidak
mengandung elektron)
Orbital setengah penuh (mengandung elektron yang tidak
berpasangan)
Orbital penuh (mengandung elektron berpasangan)
4.3 Larangan Pauli
Pada tahun 1928, Wolfgang Pauli (1900 – 1958)
mengemukakan bahwa tidak ada dua elektron dalam satu atom yang boleh mempunyai
keempat bilangan kuantum yang sama. Dua elektron yang mempunyai bilangan kuantum
utama, azimuth, dan magnetik yang sama dalam satu orbital, harus mempunyai spin
yang berbeda. Kedua elektron tersebut berpasangan.
Setiap orbital mampu menampung maksimum dua
elektron. Untuk mengimbangi gaya tolak-menolak di antara elektron-elektron
tersebut, dua elektron dalam satu orbital selalu berotasi dalam arah yang
berlawanan.
·
Subkulit s (1 orbital) maksimum 2
elektron
·
Subkulit p (3 orbital) maksimum 6
elektron
·
Subkulit d (5 orbital) maksimum
10 elektron
·
Subkulit f (7 orbital) maksimum
14 elektron
4.4 Penyimpangan
Konfigurasi Elektron
Berdasarkan eksperimen, terdapat penyimpangan
konfigurasi elektron dalam pengisian elektron. Penyimpangan pengisian elektron
ditemui pada elektron yang terdapat pada orbital subkulit d dan f.
Penyimpangan pada orbital subkulit d dikarenakan
orbital yang setengah penuh (d5) atau penuh (d10)
bersifat lebih stabil dibandingkan dengan orbital yang hampir setengah penuh (d4)
atau hampir penuh (d8 atau d9). Dengan demikian, jika
elektron terluar berakhir pada d4, d8 atau d9
tersebut, maka satu atau semua elektron pada orbital s (yang berada pada
tingkat energi yang lebih rendah dari d) pindah ke orbital subkulit d.
Unsur
|
Teoritis
|
Kenyataan
Eksperimen
|
24Cr
|
[Ar] 4s2 3d4
|
[Ar] 4s1 3d5
|
29Cu
|
[Ar] 4s2 3d9
|
[Ar] 4s1 3d10
|
4.5 Penulisan
Konfigurasi Elektron Pada Ion
Konfigurasi ion positif dan negatif bergantung pada
jumlah elektron yang dimiliki ion tersebut. Atom-atom atau ion-ion yang
memiliki jumlah elektron yang sama disebut dengan isoelektronis dan konfigurasi elektronnya sama.
Penulisan konfigurasi elektron berlaku pada atom netral.
Penulisan konfigurasi elektron pada ion yang bermuatan pada dasarnya sama
dengan penulisan konfigurasi elektron pada atom netral.
Atom bermuatan positif (misalnya x+)
terbentuk karena atom netral melepaskan elektron pada kulit terluarnya sebanyak
x, sedangkan ion negatif (misalnya y–) terbentuk karena menarik elektron
sebanyak y. Sebagai contoh, konfigurasi ion Na+ dengan F-.
Ion Na+ dapat terbentuk jika atom Na melepaskan satu elektronnya
(pada 3s1), sedangkan ion F- dapat terbentuk jika atom F
menerima satu elektron. Konfigurasi kedua ion itulah yang disebut dengan isoelektronis.
Penulisan konfigurasi elektronnya hanya menambah
atau mengurangi elektron yang dilepas atau ditambah sesuai dengan aturan
penulisan konfigurasi elektron. Ini berlaku untuk semua unsur yang membentuk
ion, termasuk unsur transisi.
5. Lambang Unsur
5.1 Nomor Atom
Nomor atom menunjukkan jumlah muatan
positif dalam inti atom (jumlah proton). Menurut Henry Moseley (1887–1915)
jumlah muatan positif setiap unsur bersifat karakteristik, jadi unsur yang
berbeda akan mempunyai nomor atom yang berbeda. Untuk jumlah muatan positif (nomor
atom) diberi lambang Z.
Jika atom bersifat netral, maka jumlah
muatan positif (proton) dalam atom harus sama dengan jumlah muatan negatif
(elektron). Jadi, nomor atom = jumlah proton = jumlah elektron.
Z = np = ne
n = jumlah
5.2 Nomor Massa
Berdasarkan percobaan tetes minyak
Millikan ditemukan bahwa massa elektron = 9,109 x 10–28 gram. Jika 1
satuan massa atom atau satu sma = massa 1 atom hidrogen = 1,6603 x 10–24
gram, maka:
massa 1 elektron =
(9,109 x 10–28 ) / (1,6603 x 10–24) sma
=
5,49 x 10–4 sma
massa 1 elektron =
sma
Berikut adalah
tabel mengenai muatan dan massa partikel proton, neutron, dan elektron.
Partikel
|
Lambang
|
Massa (g)
|
Perbandingan dengan massa proton
|
Muatan
|
|
Satuan
|
Coloumb
|
||||
proton
|
p
|
1,673x10–24
|
1
|
+1
|
1,6x10–19
|
neutron
|
n
|
1,675x10–24
|
1
|
0
|
0
|
elektron
|
e
|
9,109x10–28
|
|
-1
|
1,6x10–19
|
Atom terdiri atas proton, neutron, dan
elektron. Jadi, Massa atom = (massa p + massa n) + massa e. Massa
elektron jauh lebih kecil dari pada massa proton dan massa neutron, maka massa
elektron dapat diabaikan. Dengan demikian:
Massa
atom = massa p + massa n
Massa atom dinyatakan sebagai nomor massa dan diberi lambang A.
Jadi:
Nomor
massa = jumlah proton + jumlah neutron
Untuk mendapatkan jumlah n dalam inti atom dengan cara:
n = A – Z
Jika X adalah lambang unsur, Z (nomor atom), dan A (nomor
massa), maka unsur X dapat dinotasikan:
Notasi
|
Unsur
|
Z
|
A
|
p
|
e
|
n
|
|
Hidrogen
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1-1=0
|
|
Lithium
|
3
|
7
|
3
|
3
|
7-3=4
|
6. Isotop, Isobar,
dan Isoton Suatu Unsur
Setelah penulisan lambang atom unsur dan penemuan
partikel penyusun atom, ternyata ditemukan adanya unsur-unsur yang memiliki
jumlah proton yang sama tetapi memiliki massa atom yang berbeda. Ada pula
unsur-unsur yang memiliki massa atom yang sama tetapi nomor atom berbeda. Oleh
karena itu, dikenal istilah isotop, isoton, dan isobar.
6.1 Isotop
Isotop adalah atom yang mempunyai nomor atom sama
tetapi memiliki nomor massa berbeda. Misalnya,
dan
. Setiap
isotop satu unsur memiliki sifat kimia yang sama karena jumlah elektron
valensinya sama.
Isotop-isotop unsur ini dapat digunakan untuk
menentukan massa atom relatif (Ar) atom tersebut berdasarkan kelimpahan isotop
dan massa atom semua isotop. Berikut adalah contoh-contoh penggunaan isotop.
Radioisotop
|
Kegunaan
|
O-18
|
Mengetahui
mekanisme reaksi esterifikasi
|
Na-24
|
Mempelajari
peredaran darah manusia dan mendeteksi kebocoran pipa dalam tanah
|
I-131
|
Mempelajari
kelainan pada kelenjar tiroid
|
Fe-59
|
Mengukur
laju pembentukan sel darah merah dalam tubuh
|
Co-60
|
Pengobatan
kanker
|
P-32
|
Mempelajari
pemakaian pupuk pada tanaman
|
C-14
|
Menentukan
umur fosil dan mengetahui kecepatan terjadinya senyawa pada fotosintesis
|
6.2 Isobar
Isobar adalah unsur-unsur yang memiliki nomor atom
berbeda tetapi nomor massa sama. Sehingga antara
dan
adalah isobar.
6.3 Isoton
Atom-atom unsur berbeda (nomor atom
berbeda) yang mempunyai jumlah neutron sama disebut isoton. Contohnya
dan
yang sama-sama berneutron 7.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari subbab
pembahasan di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa atom telah banyak menghasilkan berbagai perspektif
definisinya dari beberapa ilmuwan dan telah banyak mengalami perkembangan dari
masa ke masa karena adanya penelitian yang lebih lanjut, mulai dari tahun 1803
oleh John Dalton, 1897 oleh Joseph John Thomson, 1911 oleh Ernest Rutherford,
1900 oleh Max Planck, 1913 oleh Niels Bohr, 1924 oleh Louis de Broglie, dan
1927 oleh Werner Heisenberg. Selain
itu, atom tersusun atas proton, elektron dan neutron serta memiliki nomor atom
dan nomor massa atom. Unsur atom juga memiliki harga bilangan kuantum yang
terdiri atas bilangan kuantum utama, bilangan kuantum azimuth, bilangan kuantum
magnetik dan bilangan kuantum spin. Elektron pada atom memiliki konfigurasi dan
cara penulisan konfigurasi elektron tersebut harus sesuai dengan Prinsip
Aufbau, Kaidah Hund dan Larangan Pauli.
B.
Saran
Adapun
saran yang dapat penulis berikan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1.
Sebaiknya
pihak perpustakaan universitas lebih banyak menyediakan literatur mengenai
struktur atom, baik dalam Bahasa Indonesia maupun dalam Bahasa Inggris.
2.
Sebaiknya pihak
universitas membatasi mahasiswa dalam pengambilan materi penulisan karya ilmiah
melalui internet agar mahasiswa lebih termotivasi dalam menemukan bahan atau
materi lewat beberapa buku di perpustakaan dan agar mahasiswa lebih termotivasi
untuk membaca buku.
3.
Sebaiknya
mahasiswa lebih mendalami pemahaman materi struktur atom karena materi ini merupakan materi dari salah
satu mata kuliah umum yang perlu diluluskan untuk pengambilan SKS berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Lehmann, Walter J. 1972. Atomic
and Molecular Structure. Canada: John Wiley
and Sons, Inc.
Partana, Crys Fajar dan Antuni Wiyars. 2009. Mari Belajar Kimia Jilid 2 untuk
SMA-MA Kelas XI IPA.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia
Berbasis Eksperimen 2 untuk kelas XI SMA
dan MA. Jawa Tengah: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Syarifuddin dan Nuraeni. 2004. Ikatan Kimia. _____ : Gajah Mada Press.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri
Yamtinah dan
Bakti
Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA
Kelas XI Program Ilmu Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Artikelnya bermanfaat kak, ini saya juga punya artikel tentang Struktur Atom, semoga dapat saling melengkapi
BalasHapusMateri Struktur Atom (Lengkap + Gambar) - MARKIJAR.Com
izin kopas ya mbak
BalasHapuskunjung balik ke
http://bektang.blogspot.com
ijin save sebagai literasi belajar dan mengajar mba.
BalasHapusizin copas bro...
BalasHapus