BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pernahkah Anda membakar kayu? Berubah menjadi apakah
kayu yang telah Anda bakar? Pembakaran kayu merupakan salah satu contoh reaksi
kimia. Kayu yang terbakar akan mengalami perubahan wujud. Hasil pembakaran yang
berupa abu, gas CO2, dan uap air tidak dapat berubah menjadi kayu kembali.
Pernahkah Anda membantu ibu membuat kue, apa yang
dilakukan ibu? Ternyata ibu menambahkan setiap bumbu sesuai resep yang
tercantum di buku resep, tidak melebihkan ataupun mengurangi. Mengapa ibu
melakukan hal demikian? Apa yang terjadi jika ibu menambahkan bumbu secara
berlebihan atau malah mengurangi? Ternyata kue yang dihasilkan malah rusak dan
rasanya tidak enak. Demikian juga dalam reaksi kimia, setiap zat pereaksi dapat
bereaksi menghasilkan zat hasil reaksi hanya jika jumlahnya sesuai proporsinya.
Setiap tahun para ahli kimia di
seluruh dunia mensintesis ribuan jenis senyawa baru. Dahulu zat kimia diberi
nama sesuai dengan nama penemunya, nama tempat, nama zat asal, sifat zat, dan
lain-lain. Dengan semakin bertambahnya jumlah zat yang ditemukan baik alami
ataupun buatan, maka perlu adanya tata nama yang dapat memudahkan penyebutan
nama suatu zat. IUPAC (International Union Pure and Applied Chemistry)
merupakan badan internasional yang membuat tata nama zat kimia yang ada di
dunia ini. Akan tetapi, untuk kepentingan tertentu nama zat yang sudah lazim
(nama trivial) sering digunakan karena telah diketahui khalayak. Contohnya nama
asam cuka lebih dikenal dibanding asam asetat atau asam etanoat. Tatanama
senyawa kimia ini berkaitan dengan adanya stoikiometri.
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari
kata stoicheion yang berarti unsur dan metron yang berarti
mengukur. Stoikiometri membahas tentang hubungan massa antarunsur dalam suatu
senyawa (stoikiometri senyawa) dan antarzat dalam suatu reaksi (stoikiometri
reaksi).
Pengukuran massa dalam reaksi kimia dimulai oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743 –
1794) yang menemukan bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa (hukum
kekekalan massa). Selanjutnya Joseph
Louis Proust (1754 – 1826) menemukan bahwa unsur-unsur membentuk senyawa
dalam perbandingan tertentu (hukum perbandingan tetap). Selanjutnya dalam
rangka menyusun teori atomnya, John
Dalton menemukan hukum dasar kimia yang ketiga, yang disebut hukum
kelipatan perbandingan. Ketiga hukum tersebut merupakan dasar dari teori kimia
yang pertama, yaitu teori atom yang dikemukakan oleh John Dalton sekitar tahun
1803. Menurut Dalton, setiap materi terdiri atas atom, unsur terdiri atas atom
sejenis, sedangkan senyawa terdiri dari atom-atom yang berbeda dalam
perbandingan tertentu. Namun demikian, Dalton belum dapat menentukan
perbandingan atom-atom dalam senyawa (rumus kimia zat). Penetapan rumus kimia
zat dapat dilakukan berkat penemuan Gay
Lussac dan Avogadro.
Setelah rumus kimia senyawa dapat ditentukan, maka perbandingan massa antaratom
(Ar) maupun antarmolekul (Mr) dapat ditentukan. Pengetahuan
tentang massa atom relatif dan rumus kimia senyawa merupakan dasar dari perhitungan
kimia.
Semua yang berkaitan dengan tatanama senyawa dan
persamaan reaksi, hukum-hukum dasar kimia, dan perhitungan kimia akan kita
pelajari pada bab pembahasan berikut.
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu :
1.
Apa-apa sajakah yang
merupakan hukum dasar kimia?
2.
Bagaimanakah cara
perhitungan kimia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1.
Sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti mata kuliah Kimia.
2.
Menambah wawasan tentang stoikiometri.
3.
Mengetahui lebih mendalam
tentang stoikiometri yang kita temukan dalam kehidupan.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat
dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1.
Sebagai pedoman untuk
menambah pengetahuan dalam membuat suatu karya ilmiah.
2.
Sebagai referensi bagi
penulis dalam pembuatan makalah berikutnya.
3.
Sebagai bahan bacaan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tatanama Senyawa
Di dalam semesta ini terdapat
berjuta-juta senyawa, sehinga Komisi Tata Nama IUPAC (International Union for
Pure and Applied Chemistry), suatu badan di bawah UNESCO menyusun suatu aturan.
Tata nama senyawa yang digunakan secara seragam di seluruh dunia.
Nama ilmiah suatu unsur mempunyai asal-usul yang
bermacam-macam. Ada yang didasarkan pada warna unsur seperti klorin (chloros
= hijau), atau pada salah satu sifat dari unsur yang bersangkutan seperti
fosfor (phosphorus =bercahaya) atau nama seorang ilmuwan yang sangat
berjasa seperti einsteinium (untuk albert einstein). Untuk mencegah timbulnya
perdebatan mengenai nama dan lambang unsur-unsur baru, Persatuan Kimia Murni
dan Kimia Terapan (International Union Of Pure and Applied Chemistry =
IUPAC) menetapkan aturan penamaan dan pemberian lambang untuk unsur-unsur
temuan baru sebagai
berikut.
1) Nama
berakhir dengan ium, baik untuk unsur logam maupun nonlogam.
2) Nama
itu didasarkan pada nomor atom unsur, yaitu rangkaian akar kata yang menyatakan
nomor atomnya.
0
= nil 4 = quad 7 = sept
1
= un 5 = pent 8 = okt
2
= bi 6 = hex 9 = enn
3
= tri
3) Lambang
unsur (tanda atom) terdiri atas tiga huruf yakni rangkaian huruf awal dari akar
yang menyatakan nomor atom unsur tersebut.
Contoh:
a.
Unsur nomor atom 107
1 0 7
un
nil sept + ium
Nama
: Unnilseptium Lambang : Uns
b.
Unsur nomor atom 105
1
0 5
un
nil pent + ium
Nama
: Unnilpentium Lambang : Unp
Namun, aturan penamaan IUPAC jarang digunakan. Setiap
senyawa perlu mempunyai nama spesifik. Seperti halnya penamaan unsur, pada
mulanya penamaan senyawa didasarkan pada berbagai hal, seperti nama tempat,
nama orang, atau sifat tertentu dari senyawa yang bersangkutan.
Sebagai
contoh:
a. Garam
glauber, yaitu natrium sulfat (Na2SO4) yang ditemukan oleh J. R. Glauber.
b. Salmiak
atau amonium klorida (NH4Cl), yaitu suatu garam yang awal mulanya diperoleh
dari kotoran sapi di dekat kuil untuk dewa Jupiter Amon di Mesir.
c. Soda
pencuci, yaitu natrium karbonat (Na2CO3) yang digunakan untuk melunakkan air
(membersihkan air dari ion Ca2+ dan ion Mg2+).
d. Garam
NaHCO3 (natrium bikarbonat) digunakan untuk pengembang dalam pembuatan kue.
Untuk memudahkan penamaan, senyawa
dikelompokkan menjadi 2 yaitu senyawa organik dan senyawa anorganik. Senyawa
anorganik dibagi dua yaitu senyawa biner dan senyawa poliatomik. Senyawa biner adalah
senyawa yang mengandung dua jenis unsur, sedangkan senyawa poliatomik terdiri
atas lebih dari 2 jenis unsur.
1.1 Tatanama Senyawa Anorganik
Senyawa anorganik terdiri dari senyawa
biner dari logam dan non logam, senyawa biner dari non logam dan non logam,
senyawa yang mengandung poliatom senyawa
asam, basa dan garam.
a. Senyawa Biner Dari
Logam dan Nonlogam (Senyawa Ion)
Senyawa biner dari logam dan non-logam
umumnya merupakan senyawa ion. Logam membentuk ion positif (kation) dan
non-logam membentuk ion negatif (anion). Di bawah ini nama beberapa kation
logam dan anion non-logam (monoatom) yang perlu dikuasai agar tidak mengalami
kesukaran dalam penulisan rumus kimia dan nama senyawa.
Kation dari logam
|
Anion dari logam
|
||
Kation
|
Nama
|
Anion
|
Nama
|
Li+
Na+
K+
Mg2+
Ca2+
Ba2+
Al3+
Sn2+
Sn4+
Pb2+
Pb4+
Cu+
Cu2+
Ag+
Au+
Au3+
Zn2+
Cr3+
Fe2+
Fe3+
Ni2+
Pt2+
Pt4+
|
Litium
Natrium
Kalium
Magnesium
Kalsium
Barium
Aluminium
Timah (II)
Timah (IV)
Timbal (II)
Timbal (IV)
Tembaga (I)
Tembaga (II)
Perak (I)
Emas (I)
Emas (II)
Zink (seng)
Kromium
Besi (II)
Besi (III)
Nikel
Platina (II)
Platina (IV)
|
H–
N3–
O2–
P3–
S2–
Se2–
F–
Cl‑
Br–
I-
Si4–
As3–
Te2–
|
Hidrida
Nitrida
Oksida
Fosfida
Sulfida
Selenida
Fluorida
Klorida
Bromida
Iodida
Silisida
Arsenida
Telurida
|
Berikut
ini nama senyawa biner logam dan non-logam:
1)
Penamaan dimulai dari nama kation
logam diikuti nama anion dari logam
Contoh:
Rumus Kimia
|
Kation logam
|
Anion logam
|
Nama Senyawa
|
NaCl
MgF2
|
Na+
Mg2+
|
Cl–
F–
|
Natrium klorida
Magnesium fluorida
|
2) Senyawa yang terbentuk haruslah bermuatan netral.
3)
Untuk logam
yang dapat membentuk beberapa kation dengan muatan berbeda, maka muatan
kationnya dinyatakan dengan angka Romawi.
Contoh:
Cu2O dan CuO. Atom Cu dapat membentuk
kation Cu+ dan Cu2+. Karena oksida (O2-)
mempunyai muatan -2, maka:
•
kation tembaga pada Cu2O
haruslah Cu+ agar menetralkan muatan O2-. Jadi, nama Cu2O
adalah tembaga (I) oksida.
·
kation tembaga pada CuO karena kation
tembaga hanya ada satu buah maka untuk menetralkan muatan O2-
haruslah Cu2+.
b. Senyawa Biner dari NonLogam dan NonLogam
(Senyawa Kovalen)
Senyawa biner dari dua non-logam umumnya adalah
senyawa molekul. Tata nama senyawanya yaitu sebagai berikut:
1)
Penamaan senyawa mengikuti urutan
berikut
Bi
– Si – As – C – P – N – H – S – I – Br – Cl – O – F
Contoh:
HCl
(Nama H lalu nama Cl)
NH3
(Nama N lalu nama H)
2)
Penamaan dimulai dari nama non-logam
pertama diikuti nama non-logam
kedua yang
diberi akhiran –ida
Contoh:
HCl
dinamakan hidrogen klorida
3)
Jika dua jenis non-logam dapat membentuk
lebih dari satu jenis senyawa, maka
digunakan
awalan Yunani sesuai angka indeks dalam rumus kimianya
1
= mono 6 = heksa
2
= di 7 = hepta
3
= tri 8 = okta
4
= tetra 9 = nona
5
= penta 10 = deka
Contoh:
•
CO karbon monoksida
•
CO2 karbon dioksida
•
PCl3 fosforus triklorida
•
P4O10 tetrafosforus dekaoksida
c. Senyawa yang mengandung poliatom
Ion-ion yang telah dibahas di atas
merupakan ion-ion monoatom. Masing-masing ion terdiri atas atom tunggal. Ada
pula ion-ion poliatom, yaitu dua atau lebih atom-atom terikat bersama-sama
dalam satu ion yang dapat berupa kation poliatom dan anion poliatom. Di bawah
ini beberapa ion poliatom dan namanya.
Rumus
|
Nama Ion
|
Anion dari logam
|
NH4+
OH–
CN–
NO2–
NO3-
ClO–
ClO2–
ClO3–
ClO4–
BrO3–
IO3–
MnO4–
MnO42–
CO32–
SO32–
SO42–
S2O32–
CrO42–
Cr2O72–
PO3–
PO43–
|
amonium
hidroksida
sianida
nitrit
nitrat
klorit
hipoklorit
klorat
perklorat
bromat
iodat
permanganat
manganat
karbonat
sulfit
sulfat
tiosulfat
kromat
dikromat
fosfit
fosfat
|
NH4Cl
NaOH
NaCN
NaNO2
NaNO3
KClO
KClO2
KClO3
KClO4
KBrO3
KIO3
KMnO4
K2MnO4
Na2CO3
Na2SO3
Na2SO4
Na2S2O3
K2CrO4
K2Cr2O7
Na3PO3
Na3PO4
|
Tata
nama senyawa ion yang mengandung poliatom yaitu sebagai berikut:
1)
Untuk senyawa yang terdiri atas kation
logam dan anion poliatom, maka
penamaan
dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion poliatom.
Contoh:
•
NaOH dari Na+ dan OH_ nama senyawanya Natrium hidroksida;
•
KMnO4 dari K+ dan MnO4- nama senyawanya Kalium
permanganat;
•
PbSO4 dari Pb2+ dan SO42- nama senyawanya
Timbal (II) sulfat.
2)
Untuk senyawa yang terdiri atas kation
poliatom dan anion monoatom atau
poliatom,
penamaan dimulai dari nama kation poliatom diikuti nama anion
monoatom
atau poliatom.
Contoh:
•
NH4Cl : ammonium klorida
•
NH4CN : ammonium sianida
•
(NH4)2SO4 : ammonium sulfat
d. Senyawa asam, basa, dan garam
1)
Senyawa asam
Asam adalah
zat kimia yang di dalam air dapat melepaskan ion H+. Misalnya adalah
HCl; jika dilarutkan ke dalam air, maka akan terurai menjadi ion H+
dan ion Cl–. Tata nama senyawa asam adalah sebagai berikut:
a)
Untuk senyawa asam biner (terdiri atas
dua jenis unsur), penamaan dimulai dari
kata
‘asam’ diikuti nama sisa asamnya, yaitu anion non-logam.
Contoh:
•
HF : asam fluorida
•
H2S : asam sulfida
b)
Untuk senyawa asam yang terdiri dari 3
jenis unsur, penamaan dimulai dari
kata ‘asam’
diikuti nama sisa asamnya, yaitu anion poliatom.
Contoh:
•
HCN : asam sianida
•
H2SO4 : asam sulfat
•
HCH3COO : asam asetat
2)
Basa
Basa adalah
zat yang di dalam air dapat menghasilkan ion OH-. Pada umumnya, basa
adalah senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan anion OH-.
Tata nama basa adalah nama kationnya
diikuti kata hidroksida.
Contoh:
•
NaOH : natrium hidroksida
•
Ca(OH)2 : kalsium hidroksida
•
Al (OH)3 : alumunium hidroksida
3)
Garam
Garam adalah
senyawa ion yang terdiri atas kation basa dan anion sisa asam. Rumus garam
diperoleh dengan memberi angka indeks pada kation dan anionnya, sehingga jumlah
muatan positif sama dengan jumlah muatan negatif. Nama garam adalah rangkaian nama kation yang diikuti oleh nama anion.
Kation
|
Anion
|
Rumus Garam
|
Nama Garam
|
Na+
Ca2+
Al3+
|
NO3–
NO3–
SO4–2
|
NaNO3
Ca(NO3)2
Al2(SO4)3
|
natrium nitrat
kalsium nitrat
alumunium sulfat
|
1.2
Tatanama Senyawa Organik
Tata nama senyawa organik lebih
kompleks daripada tata nama senyawa anorganik. Hal ini disebabkan sebagian
besar senyawa organik tidak dapat ditentukan dari rumus kimianya saja, akan
tetapi harus dari rumus strukturnya. Jumlah senyawa organik lebih banyak
dibandingkan senyawa anorganik. Di sini akan dibahas tata nama untuk senyawa
organik sederhana.
a. Senyawa organik
paling sederhana hanya mengandung atom C dan H. Nama
senyawa dimulai dengan awalan sesuai jumlah atom C dan diberi akhiran
–ana.
Contoh :
Rumus Kimia
|
Jumlah Atom C
|
Awalan
|
Nama Senyawa
|
CH4
C2H6
C3H8
|
1
2
3
|
Met-
Et-
Prop-
|
Metana
Etana
Propana
|
b. Senyawa organik
penting lainnya ialah benzen (C6H6). Penamaan senyawa
jika
atom H diganti dengan atom/gugus lainnya yaitu sebagai berikut:
Rumus Kimia
|
Jumlah Atom C
|
Nama Lazim
|
C6H6
C6H5OH
C6H5Cl
C6H5NH2
C6H5NO3
C6H5COO
|
Benzena
Hidroksibenzena Klorobenzena
Aminobenzena
Nitrobenzena
Asam karboksilat benzena
|
-
Fenol
-
Anilin
-
Asam
Benzoat
|
2. Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi menggambarkan reaksi kimia, yang
terdiri atas rumus kimia zat-zat pereaksi dan zat-zat hasil reaksi disertai
koefisien dan fasa masing-masing.
2.1 Menulis Persamaan Reaksi
Reaksi kimia mengubah zat-zat asal (pereaksi)
menjadi zat baru (produk). Sebagaimana telah dikemukakan oleh John Dalton, jenis dan jumlah atom yang
terlibat dalam reaksi tidak berubah, tetapi ikatan kimia di antaranya berubah.
Ikatan kimia dalam pereaksi diputuskan dan terbentuk ikatan baru dalam
produknya. Atom-atom ditata ulang membentuk produk reaksi. Perubahan yang
terjadi dapat dipaparkan dengan menggunakan rumus kimia zat-zat yang terlibat
dalam reaksi. Cara pemaparan ini kita sebut dengan persamaan reaksi.
Hal-hal yang digambarkan dalam persamaan reaksi
adalah rumus kimia zat-zat pereaksi (reaktan) di sebelah kiri anak panah dan
zat-zat hasil reaksi (produk) di sebelah kanan anak panah. Anak panah dibaca
yang artinya “membentuk” atau “bereaksi menjadi”. Wujud atau keadaan zat-zat
pereaksi dan hasil reaksi ada empat macam, yaitu gas (g), cairan (liquid
atau l), zat padat (solid atau s) dan larutan (aqueous
atau aq). Bilangan yang mendahului rumus kimia zat-zat dalam
persamaan reaksi disebut koefisien reaksi. Koefisien reaksi diberikan
untuk menyetarakan atom-atom sebelum dan sesudah reaksi. Selain untuk
menyetarakan persamaan reaksi, koefisien reaksi menyatakan perbandingan paling
sederhana dari partikel zat yang terlibat dalam reaksi. Misalnya, reaksi antara
gas hidrogen dengan gas oksigen membentuk air sebagai berikut.
Pereaksi / Reaktan
Produksi
2 H2 (g) + O2 (g) à 2 H2O (l)
Koefisien
H2 = 2 Koefisien O2
= 1 Koefisien H2O =
2
Berdasarkan persamaan reaksi di atas, berarti 2
molekul hidrogen bereaksi
dengan
1 molekul oksigen membentuk 2 molekul H2O. Oleh karena itu sebaiknya
dihindari koefisien pecahan karena dapat memberi pengertian seolaholah partikel
materi (atom atau molekul) dapat dipecah. Penulisan persamaan reaksi dapat
dilakukan dalam dua langkah sebagai berikut.
1) Menuliskan
rumus kimia zat-zat pereaksi dan produk, lengkap dengan keterangan tentang
wujudnya.
2) Penyetaraan,
yaitu memberi koefisien yang sesuai, sehingga jumlah atom ruas kiri sama dengan
jumlah atom ruas kanan.
Contoh
:
Tuliskan dan setarakan persamaan reaksi antara logam
aluminium yang bereaksi dengan larutan asam sulfat membentuk larutan aluminium
sulfat dan gas hidrogen!
Jawab :
Langkah 1 : Menuliskan persamaan reaksi.
Al(s) + H2SO4(aq) à Al2(SO4)3(aq) + H2(g) (belum setara)
Jumlah
atom di kiri Jumlah atom di kanan
Al = 1 Al = 2
H = 2 H = 2
S = 1 S = 3
O = 4 O = 12
Langkah 2 : Meletakkan koefisien 2 di depan Al,
sehingga jumlah atom Al di ruas
kiri menjadi 1 × 2 = 2 buah
Al (setara dengan jumlah Al di ruas
kanan).
Langkah 3
: Meletakkan koefisien 3 di depan H2SO4
, sehingga di ruas kiri
jumlah atom H menjadi 6,
atom S menjadi 3, dan jumlah atom O
menjadi 12.
Langkah 4 : Jumlah atom S dan O ruas kiri sudah
sama dengan ruas kanan,
sedangkan atom H ruas kanan belum
setara dengan ruas kiri.
Langkah
5 : Meletakkan koefisien 3 di depan H2,
sehingga jumlah atom H ruas
kanan menjadi 6, setara
dengan ruas kiri.
Persamaan reaksi menjadi setara:
2 Al(s) + 3 H2SO4(aq) à Al2(SO4)3(aq) + 3 H2(g)
2.2 Penyetaraan Persamaan Reaksi
Banyak
reaksi dapat disetarakan dengan jalan mencoba/menebak, akan tetapi sebagai
permulaan dapat mengikuti langkah berikut.
1)
Pilihlah
satu rumus kimia yang paling rumit, tetapkan koefisiennya sama dengan 1.
2)
Zat-zat
yang lain tetapkan koefisien sementara dengan huruf.
3)
Setarakan
dahulu unsur yang terkait langsung dengan zat yang tadi diberi koefisien 1.
4)
Setarakan
unsur lainnya. Biasanya akan membantu jika atom O disetarakan paling akhir.
Contoh :
Tuliskan
dan setarakan persamaan reaksi antara gas metana (CH4) dengan gas
oksigen membentuk gas karbon dioksida dan uap air.
Jawab :
Langkah 1 : Menuliskan rumus kimia dan persamaan reaksi.
CH4(g) + O2(g) à CO2(g) + H2O
(l)
Langkah 2 : Penyetaraan.
a.
Tetapkan koefisien CH4
= 1, sedangkan koefisien lain dimisalkan dengan huruf.
1 CH4(g) + a O2(g) à b CO2(g) + c H2O (l)
b.
Setarakan jumlah atom C
dan H.
Jumlah Atom di Ruas Kiri
|
Jumlah Atom di Ruas Kanan
|
=
|
C = 1
|
C = b
|
b = 1
|
H = 4
|
H= 2c
|
2c = 4, maka c = 2
|
c.
Kita substitusikan
persamaan b dan c sehingga menjadi
1 CH4(g) + a O2(g) à 1 CO2(g) + 2 H2O (l)
d.
Kita setarakan jumlah atom
O
Jumlah Atom di Ruas Kiri
|
Jumlah Atom di Ruas Kanan
|
=
|
O = 2a
|
O = 2 +
2 = 4
|
2a = 4 , maka a = 2
|
e.
Persamaan reaksi setara
berikutnya adalah
1 CH4(g) + 2 O2(g) à 1 CO2(g) + 2 H2O (l)
Untuk
selanjutnya koefisien 1 tidak pernah ditulis sehingga menjadi :
CH4(g) + 2 O2(g) à CO2(g) + 2 H2O (l)
3. Hukum-Hukum Dasar Kimia
3.1 Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
Apabila kita membakar kayu, maka hasil
pembakaran hanya tersisa abu yang massanya lebih ringan dari kayu. Hal ini
bukan berarti ada massa yang hilang. Akan tetapi, pada proses ini kayu bereaksi
dengan gas oksigen menghasilkan abu, gas karbon dioksida, dan uap air. Jika
massa gas karbon dioksida dan uap air yang menguap diperhitungkan, maka hasilnya
akan sama.
Kayu + gas oksigen à abu + gas karbondioksida + uap air
Massa (kayu + gas oksigen) = massa (abu + gas karbondioksida +
uap air)
Antoine Lavoisier (1743–1794) seorang
pelopor yang percaya pentingnya membuat pengamatan kuantitatif dalam
eksperimen, mencoba memanaskan 530 gram logam merkuri dalam wadah terhubung
udara dalam silinder ukur pada sistem tertutup. Ternyata volume udara dalam
silinder berkurang 1/5 bagian. Logam merkuri berubah menjadi merkuri oksida
sebanyak 572,4 gram. Besarnya kenaikkan massa merkuri sebesar 42,4 gram adalah
sama dengan 1/5 bagian udara yang hilang yaitu oksigen.
Logam merkuri + gas oksigen à merkuri oksida
530 gram 42,4 gram 572,4 gram
Berdasarkan percobaan di atas
Lavoisier merumuskan Hukum Kekekalan Massa yang berbunyi: Dalam reaksi
kimia, massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.
3.2 Hukum
Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
Tahun 1799 Joseph Proust melakukan
percobaan dengan mereaksikan hidrogen dan oksigen. Ternyata hidrogen dan
oksigen selalu bereaksi membentuk air dengan perbandingan massa yang tetap
yaitu 1 : 8.
Massa H (gram)
|
Massa O (gram)
|
Massa H2O (gram)
|
Sisa H atau O (gram)
|
1
2
1
2
|
8
8
9
16
|
9
9
9
18
|
0
1 gram hidrogen
1 gram oksigen
0
|
Berdasarkan hasil percobaan yang
diperolehnya, dia menyimpulkan bahwa: Perbandingan massa unsur-unsur dalam
suatu senyawa adalah tetap.
3.3 Hukum Kelipatan
Perbandingan (Hukum Dalton)
Dua unsur dapat membentuk lebih dari
satu macam senyawa. Misalnya unsur karbon dengan oksigen dapat membentuk karbon
monoksida dan karbon dioksida. John Dalton (1766–1844) mengamati adanya suatu
keteraturan perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa. Berdasarkan
percobaan yang dilakukan Dalton diperoleh data sebagai berikut:
Jenis Senyawa
|
Massa hasil Nitrogen (gram)
|
Massa hasil Oksigen (gram)
|
Massa senyawa terbentuk (gram)
|
Nitrogen monoksida
Nitrogen dioksida
|
0,875
1,75
|
1,00
1,00
|
1,875
2,75
|
Perbandingan nitrogen dalam senyawa nitrogen dioksida dan
nitrogen monoksida:
1,75 / 0,875 = 2 / 1
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Dalton menyimpulkan bahwa:
Jika dua jenis unsur bergabung membentuk lebih dari satu macam
senyawa maka perbandingan massa unsur dalam senyawa-senyawa tersebut merupakan bilangan
bulat sederhana.
3.4 Hukum
Perbandingan Volume (Hukum Gay-Lussac)
Di awal tahun 1781 Joseph Priestley
(1733–1804) menemukan hidrogen dapat bereaksi dengan oksigen membentuk air,
kemudian Henry Cavendish (1731–1810) menemukan volume hidrogen dan oksigen yang
bereaksi membentuk uap air mempunyai perbandingan 2 : 1. Dilanjutkan William
Nicholson dan Anthony Carlise berhasil menguraikan air menjadi gas hidrogen dan
oksigen melalui proses elektrolisis. Ternyata perbandingan volume hidrogen dan oksigen
yang terbentuk 2 : 1. Pada tahun 1808 Joseph Louis Gay-Lussac (1778–1850)
berhasil mengukur volume uap air yang terbentuk, sehingga diperoleh
perbandingan volume hidrogen : oksigen : uap air = 2 : 1 : 2.
Gas Hidrogen + Gas Oksigen à Uap Air
2 H2
(g)
+ O2 (g) à 2 H2O (g)
Perbandingan tersebut berupa bilangan
bulat sederhana. Berdasarkan hasil percobaan ini, Gay-Lussac menyimpulkan bahwa:
Pada suhu dan tekanan yang
sama, volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi berbanding
sebagai bilangan bulat sederhana.
4. Perhitungan Kimia
Pada awal abad ke-19, banyak penelitian dilakukan
terhadap sifat gas. Salah seorang peneliti sifat gas yaitu ahli kimia
berkebangsaan Prancis yang bernama Joseph Louis Gay Lussac (1778 – 1850). Pada
tahun 1808, ia melakukan serangkaian percobaan untuk mengukur volume gas-gas
yang bereaksi. Disimpulkannya bahwa pada temperatur dan tekanan sama,
perbandingan volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas hasil reaksi merupakan
perbandingan bilangan bulat dan sederhana. Temuan Gay Lussac ini dikenal
sebagai hukum perbandingan volume. Tetapi kemudian timbul pertanyaan. Mengapa
pada tekanan dan temperatur yang sama perbandingan volume gas yang bereaksi dan
hasil reaksi merupakan perbandingan bilangan bulat dan sederhana?
4.1 Penentuan Volume
Gas Pereaksi dan Hasil Reaksi
Pertanyaan yang timbul setelah Gay Lussac
mengemukakan hukum perbandingan volume dapat dipecahkan oleh seorang ahli
fisika Italia yang bernama Amadeo Avogadro pada tahun 1811.
Menurut Avogadro:
”Gas-gas yang
volumenya sama, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama, akan memiliki
jumlah molekul yang sama pula”.
Oleh karena perbandingan volume gas hidrogen, gas
oksigen, dan uap air pada reaksi pembentukan uap air = 2 : 1 : 2 maka
perbandingan jumlah molekul hidrogen, oksigen, dan uap air juga 2 : 1 : 2.
Jumlah atom tiap unsur tidak berkurang atau bertambah dalam reaksi kimia. Oleh
karena itu, molekul gas hidrogen dan molekul gas oksigen harus merupakan
molekul dwiatom, sedangkan molekul uap air harus merupakan molekul triatom.
Perbandingan volume gas dalam suatu reaksi sesuai
dengan koefisien reaksi gas-gas tersebut. Hal ini berarti bahwa, jika volume
salah satu gas diketahui, volume gas yang lain dapat ditentukan dengan cara
membandingkan koefisien reaksinya.
Contoh :
Pada reaksi pembentukan air
2 H2 (g) +
O2 (g) à 2 H2O (g)
Jika
volume gas H2 yang diukur pada suhu 25°C dan tekanan 1 atm sebanyak
10 L volume gas O2 dan H2O pada tekanan dan suhu yang
sama dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut.
Volume
H2 : Volume O2 = Koefisien H2 : Koefisien O2
Volume O2 =
x
Volume H2
Volume O2 =
x
10 L = 5 L
Volume H2O =
x
10 L = 10 L
4.2
Massa Atom Relatif dan Massa Molekul Realtif
Setelah ditemukan peralatan yang sangat peka di awal
abad XX, para ahli kimia melakukan percobaan tentang massa satu atom. Sebagai
contoh, dilakukan percobaan untuk mengukur.
1.
massa satu atom H = 1,66 x 10–24 g
2.
massa satu atom O = 2,70 x 10–23 g
3.
massa satu atom C = 1,99 x 10–23 g
Dari data di atas dapat dilihat bahwa massa satu
atom sangat kecil. Para ahli sepakat menggunakan besaran Satuan Massa Atom
(sma) atau Atomic Massa Unit (amu) atau biasa disebut juga satuan
Dalton. Pada materi struktur atom, Anda telah mempelajari juga bahwa atom
sangatlah kecil, oleh karena itu tidak mungkin menimbang atom dengan
menggunakan neraca.
a. Massa Atom Relatif (Ar)
Para ahli menggunakan isotop karbon C–12 sebagai
standar dengan massa atom relatif sebesar 12. Massa atom relatif menyatakan
perbandingan massa rata-rata satu atom suatu unsur terhadap 1/12 massa atom
C–12. Atau dapat dituliskan:
1 satuan massa atom (amu) = 1/12 massa 1 atom C–12
Contoh:
Massa
atom rata-rata oksigen 1,33 kali lebih besar dari pada massa atom C –12.
Maka:
Ar O = 1,33 x
Ar C–12
= 1,33 x 12
= 15,96
Para ahli membandingkan
massa atom yang berbeda-beda, menggunakan skala massa atom relatif dengan
lambang ”Ar”.
Para ahli memutuskan untuk menggunakan C–12 atau
isotop 12C karena mempunyai kestabilan inti yang inert dibanding
atom lainnya. Isotop atom C–12 mempunyai massa atom 12 sma. Satu sma sama
dengan 1,6605655 x 10–24
g. Dengan digunakannya isotop 12C sebagai standar maka dapat ditentukan massa
atom unsur yang lain. Massa atom relatif suatu unsur (Ar) adalah bilangan yang
menyatakan perbandingan massa satu atom unsur tersebut dengan 1/12 massa satu
atom C–12.
Ar X =
Contoh Soal :
Jika
diketahui massa 1 atom oksigen 2,70 x 10–23 g, berapakah Ar atom O
jika massa atom C 1,99 x 10–23 g?
Jawab
:
Ar O =
Ar O =
Ar O = 16,283
Besarnya harga Ar juga ditentukan oleh harga
rata-rata isotop tersebut. Sebagai contoh, di alam terdapat 35Cl dan
37Cl dengan perbandingan 75% dan 25% maka Ar Cl dapat dihitung
dengan cara:
Ar
Cl = (75% x
35) + (25% x
37) = 35,5
Ar
merupakan angka perbandingan sehingga tidak memiliki satuan. Ar dapat dilihat
pada Tabel Periodik Unsur (TPU) dan selalu dicantumkan dalam satuan soal
apabila diperlukan.
b. Massa Molekul
Relatif (Mr)
Molekul merupakan gabungan dari beberapa unsur dengan
perbandingan tertentu. Unsur-unsur yang sama bergabung membentuk molekul unsur,
sedangkan unsur-unsur yang berbeda membentuk molekul senyawa. Massa molekul
unsur atau senyawa dinyatakan oleh massa molekul (Mr). Massa molekul relatif
adalah perbandingan massa molekul unsur atau senyawa terhadap 1/12 dikali massa
atom C–12. Secara matematis dapat dinyatakan:
Mr (unsur) =
Mr (senyawa) =
Massa molekul dapat dihitung dengan menjumlahkan Ar
dari atom-atom pembentuk molekul tersebut.
Mr
=
r atom penyusun
Contoh Soal :
Diketahui
massa atom relatif (Ar) beberapa unsur sebagai berikut.
Ca
= 40
O
= 16
H
= 1
Tentukan
massa molekul relatif (Mr) senyawa Ca(OH)2!
Jawab:
Satu
molekul Ca(OH)2 mengandung 1 atom Ca, 2 atom O, dan 2 atom H.
Mr
Ca(OH)2 = Ar Ca + (2 Ar O) + (2 Ar H)
= 40
+ (2 x 16) + (2 x 1) = 40 + 32 + 2 = 74
4.3 Konsep Mol dan Tetapan Avogadro
Apabila Anda mereaksikan satu atom karbon (C) dengan
satu molekul oksigen (O2) maka akan terbentuk satu molekul CO2.
Tetapi sebenarnya yang Anda reaksikan bukan satu atom karbon dengan satu
molekul oksigen, melainkan sejumlah besar atom karbon dan sejumlah besar
molekul oksigen. Oleh karena jumlah atom atau jumlah molekul yang bereaksi
begitu besarnya maka untuk menyatakannya, para ahli kimia menggunakan ”mol”
sebagai satuan jumlah partikel (molekul, atom, atau ion).
Satu mol didefinisikan
sebagai jumlah zat yang mengandung partikel zat itu sebanyak atom yang terdapat
dalam 12,000 g atom karbon –12. Jadi, dalam satu mol
suatu zat terdapat 6,022 x
1023 partikel. Nilai 6,022 x
1023 partikel per mol disebut sebagai tetapan Avogadro, dengan
lambang L atau N.
Dalam kehidupan sehari-hari, mol dapat dianalogikan
sebagai ”lusin”. Jika lusin menyatakan jumlah 12 buah, mol menyatakan jumlah
6,022 x 1023
partikel zat.
Kata partikel pada NaCl, H2O, dan N2
dapat dinyatakan dengan ion dan molekul, sedangkan pada unsur seperti Zn, C,
dan Al dapat dinyatakan dengan atom.
Nama
Senyawa
|
Rumus
|
Jumlah
|
Jenis
Partikel
|
Jumlah
Partikel
|
Seng
Aluminium
Natrium
Klorida
Air
|
Zn
Al
NaCl
H2O
|
1
mol
1
mol
1
mol
1
mol
|
Atom
Atom
Ion
Molekul
|
1
x (6,022 x 1023) atom
1
x (6,022 x 1023) atom
1
x (6,022 x 1023) molekul
1
x (6,022 x 1023) molekul
|
Rumus kimia suatu senyawa menunjukkan perbandingan
jumlah atom yang ada dalam senyawa tersebut.
Jumlah
H2SO4
|
Jumlah
Atom H
|
Jumlah
Atom S
|
Jumlah
Atom O
|
1
1 mol
1 x (6,022x1023)
|
2
2 mol
2 x (6,022 x 1023)
|
1
1 mol
1 x (6,022 x 1023)
|
4
4 mol
4 x (6,022 x 1023)
|
1
mol zat mengandung 6,022 x
1023 partikel
Contoh Soal :
1.
Pada satu molekul air (H2O) terdapat 6,022 x 1023
molekul H2O.
Ada berapa atom dalam 1 mol air tersebut?
Jawab:
Satu
molekul air (H2O) tersusun oleh 2 atom H dan 1 atom O.
Jadi
1 molekul air tersusun oleh 3 atom.
1
mol H2O mengandung 6,022 x
1023 molekul atau
3
x 6,022 x 1023
atom = 1,806 x 1024 atom
2.
Tentukan jumlah atom yang terdapat dalam 0,5 mol belerang!
Jawab:
0,5
mol belerang = 0,5 mol x
N
=
0,5 mol x 6,02 x 1023 atom
belerang
=
3,01 x 1023 atom
belerang
3.
Dalam 5 mol asam sulfat (H2SO4), tentukan jumlah atom H,
S, dan O!
Jawab:
Jumlah
molekul = 5 mol x
N
= 5 mol x
6,02 x 1023
= 3,01 x
1024 molekul
Jumlah
atom H = 2 x
6,02 x 1023 atom =
12,04 x 1023 atom
Jumlah
atom S = 1 x
6,02 x 1023 atom =
6,02 x 1023 atom
Jumlah
atom O = 4 x
6,02 x 1023 atom =
24,08 x 1023 atom
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan mengenai
hubungan jumlah mol (n) dengan jumlah partikel, yang secara matematik dapat
dinyatakan sebagai berikut.
Jumlah partikel = n x N
Di
mana:
n
= jumlah mol
N=
bilangan Avogadro
a. Massa Molar (Mr)
Massa satu mol zat
dinamakan massa molar (lambang Mr). Besarnya massa molar zat adalah massa atom
relatif atau massa molekul relatif zat yang dinyatakan dalam satuan gram per
mol.
Massa molar = Mr atau
Ar zat (g/mol)
Perhatikan
contoh pada tabel berikut !
Nama
Zat
|
Rumus
|
Ar
dan Mr
|
Massa
Molar
|
Besi
Air
Garam
Dapur
Karbon
|
Fe
H2O
NaCl
C
|
Ar
= 56
Mr
= 18
Mr
= 53,5
Ar
= 12
|
56
g/mol
18
g/mol
53,5
g/mol
12
g/mol
|
Massa
suatu zat merupakan perkalian massa molarnya (g/mol) dengan mol zat tersebut
(n). Jadi hubungan mol suatu zat dengan massanya dapat dinyatakan sebagai
berikut.
Dikali
massa molar
Mol
Massa
Dibagi massa molar
Secara
matematis, dapat dinyatakan sebagai berikut.
Massa molar = massa :
mol
Massa = mol x Mr/Ar (massa molar)
Contoh
Soal :
Diketahui
6 g urea (CO(NH2)2) jika Ar : H = 1, C = 12, N = 14, O =
16, tentukan:
a.
mol urea
b.
jumlah partikel
Jawab:
Mr
urea = 12 + 16 + (16
2) = 60
a.
mol urea =
=
=
0,1 mol
b.
jumlah partikel = n x
N
= 0,1 x
6,02 x 1023
molekul
= 0,602 x 1023 molekul
= 6,02 x
1024 molekul
b. Volume Molar (Vm)
Volume satu mol zat dalam
wujud gas dinamakan volume molar, yang dilambangkan dengan Vm.
Berapakah volume molar gas? Bagaimana menghitung
volume sejumlah tertentu gas pada suhu dan tekanan tertentu? Avogadro dalam
percobaannya mendapat kesimpulan bahwa 1 L gas oksigen pada suhu 0° C dan
tekanan 1 atm mempunyai massa 1,4286 g, atau dapat dinyatakan bahwa pada
tekanan 1 atm:
1
L gas O2 =
mol
1
L gas O2 =
mol
1
mol gas O2 =
liter
Maka,
berdasarkan hukum Avogadro dapat disimpulkan:
1
mol gas O2 = 22,4 L
Sesuai dengan hukum Avogadro yang menyatakan bahwa
pada suhu dan tekanan yang sama, volume gas yang sama mengandung jumlah molekul
yang sama atau banyaknya mol dari tiap-tiap gas volumenya sama. Berdasarkan hukum
tersebut berlaku volume 1 mol setiap gas dalam keadaan standar (suhu 0° C dan
tekanan 1 atm) sebagai berikut.
Volume gas dalam
keadaan standar = 22,4 L
c.
Volume gas pada keadaan tidak standar
Perhitungan volume gas tidak dalam keadaan standar
(non-STP) digunakan dua pendekatan sebagai berikut.
1)
Persamaan Gas Ideal
Dengan mengandaikan gas yang akan diukur bersifat
ideal, persamaan yang menghubungkan jumlah mol (n) gas, tekanan, suhu, dan
volume yaitu:
Hukum
gas ideal : P . V = n . R . T
P
= tekanan (satuan atmosfir, atm)
V
= volume (satuan liter, L)
n
= jumlah mol gas (satuan mol)
R
= tetapan gas (0,08205 L atm/mol K)
T
= suhu mutlak (°C + 273,15 K)
P.V
= n.R.T à
V=
Jika,
n = 1 mol
R = 0,08205 L atm/mol K
P = 1 atm
T = 273 K
V
=
=
22,4 L
Contoh
Soal :
Tentukan
volume dari 4,4 g gas CO2 yang diukur pada tekanan 2 atm dan suhu 27°
C! (Ar : C = 12, O = 16)
Jawab
:
Mol
CO2 =
=
=
0,1 mol
Volume
CO2 =
=
= 1,21
L
2)
Dengan konversi gas pada suhu dan tekanan yang sama
Menurut hukum Avogadro, perbandingan gas-gas yang
jumlah molnya sama memiliki volume sama. Secara matematis dapat dinyatakan
sebagai berikut.
=
Di
mana:
n1
= mol gas 1 V1 =
volume gas 1
n2
= mol gas 2 V2 =
volume gas 2
d. Molaritas (M)
Banyaknya zat yang terdapat dalam suatu larutan
dapat diketahui dengan menggunakan konsentrasi larutan yang dinyatakan dalam
molaritas (M). Molaritas menyatakan banyaknya mol zat dalam 1 L larutan. Secara
matematis dinyatakan sebagai berikut.
M
=
x
Di mana:
M = molaritas (satuan M)
massa = dalam satuan g
Mr = massa molar (satuan g/mol)
V = volume
(satuan mL)
4.4
Rumus Molekul dan Kadar Unsur Dalam Senyawa
Perbandingan massa dan kadar unsur dalam suatu
senyawa dapat ditentukan dari rumus molekulnya.
Kadar
unsur =
x
100%
a.
Penentuan Rumus Empiris dan Rumus Molekul
Rumus kimia menunjukkan jenis atom unsur dan jumlah
relatif masing-masing unsur yang terdapat dalam zat. Banyaknya unsur yang
terdapat dalam zat ditunjukkan dengan angka indeks.
Rumus kimia dapat berupa rumus empiris dan rumus
molekul. ”Rumus empiris, rumus yang
menyatakan perbandingan terkecil atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun
senyawa”. ”Rumus molekul, rumus yamg menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur
yang menyusun satu molekul senyawa”. Perhatikan contoh rumus molekul dan
rumus empiris beberapa senyawa dalam tabel berikut.
Nama
Zat
|
Rumus
Molekul
|
Rumus
Empiris
|
Air
Glukosa
Benzena
Etilena
Asetilena
|
H2O
C6H12O6
C6H6
C2H4
C2H2
|
H2O
CH2O
CH
CH2
CH
|
Rumus
Molekul = (Rumus Empiris)n
Mr
Rumus Molekul = n x
(Mr Rumus Empiris)
n
= bilangan bulat
Penentuan
rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa dapat
ditempuh
dengan langkah berikut.
1.
Cari massa (persentase) tiap unsur penyusun senyawa,
2.
Ubah ke satuan mol,
3.
Perbandingan mol tiap unsur merupakan rumus empiris,
4.
Cari rumus molekul dengan cara:
(Mr rumus empiris)n = Mr rumus
molekul, n dapat dihitung,
5.
Kalikan n yang diperoleh dari hitungan dengan rumus empiris.
b. Menentukan Rumus Kimia Hidrat (Air
Kristal)
Hidrat adalah
senyawa kristal padat yang mengandung air kristal (H2O). Rumus kimia
senyawa kristal padat sudah diketahui. Jadi pada dasarnya penentuan rumus
hidrat merupakan penentuan jumlah molekul air kristal (H2O) atau
nilai x. Secara umum, rumus hidrat dapat ditulis sebagai berikut.
Rumus
kimia senyawa kristal padat : x . H2O
Sebagai contoh garam kalsium sulfat, memiliki rumus
kimia CaSO4 . 2H2O, artinya dalam setiap satu mol CaSO4
terdapat 2 mol H2O.
c. Hitungan Kimia
Penentuan jumlah pereaksi dan hasil reaksi yang
terlibat dalam reaksi harus diperhitungkan dalam satuan mol. Artinya, satuan-satuan
yang diketahui harus diubah ke dalam bentuk mol. Metode ini disebut metode pendekatan
mol.
Adapun langkah-langkah metode pendekatan mol
tersebut dapat Anda simak dalam bagan berikut.
1. Tuliskan
persamaan reaksi dari soal yang ditanyakan dan setarakan.
2. Ubahlah
semua satuan yang diketahui dari tiap-tiap zat ke dalam mol.
3. Gunakanlah
koefisien reaksi untuk menyeimbangkan banyaknya mol zat reaktan dan produk.
4. Ubahlah
satuan mol dari zat yang ditanyakan ke dalam satuan yang ditanya (L atau g atau
partikel, dll.).
d. Pereaksi Pembatas
Di dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol
zat-zat pereaksi yang dicampurkan tidak selalu sama dengan perbandingan
koefisien reaksinya. Hal ini berarti bahwa ada zat pereaksi yang akan habis
bereaksi lebih dahulu. Pereaksi demikian disebut pereaksi pembatas.
Bagaimana hal ini dapat terjadi? Anda perhatikan gambar di bawah ini!
X + 2Y à
XY2
= molekul zat X
+ à + = molekul zat Y
=
molekul zat XY2
Reaksi di atas memperlihatkan bahwa menurut koefisien
reaksi, satu mol zat X membutuhkan dua mol zat Y. Gambar di atas menunjukkan
bahwa tiga molekul zat X direaksikan dengan empat molekul zat Y. Setelah reaksi
berlangsung, banyaknya molekul zat X yang bereaksi hanya dua molekul dan satu
molekul tersisa. Sementara itu, empat molekul zat Y habis bereaksi. Maka zat Y
ini disebut pereaksi pembatas.
Pereaksi pembatas merupakan reaktan yang habis
bereaksi dan tidak bersisa di akhir reaksi. Dalam hitungan kimia, pereaksi pembatas dapat ditentukan dengan cara membagi
semua mol reaktan dengan koefisiennya, lalu pereaksi yang mempunyai nilai hasil
bagi terkecil merupakan pereaksi pembatas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari bab
pembahasan di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa dalam penamaan senyawa anorganik dan organik ada
aturan-aturan tertentu yang harus dipenuhi. Dalam persamaan reaksi, ada
langkah-langkah tertentu untuk menyelesaikannya, yaitu mulai dengan menuliskan
persamaan reaksinya diikuti dengan penyetaraan koefisien tiap senyawa. Adapun
hukum-hukum dasar kimia yang meliputi stoikiometri yaitu hukum kekekalan massa
(hukum Lavoisier), hukum perbandingan tetap (Proust), hukum kelipatan
perbandingan (Dalton), dan hukum perbandingan Volume (Gay-Lussac). Sedangkan
dalam perhitungan kimia, dikenal adanya penentuan volume gas dan hasil reaksi,
massa atom relatif dan massa molekul relatif, konsep mol dan tetapan Avogadro,
rumus molekul serta kadar unsur dalam senyawa.
B.
Saran
Adapun
saran yang dapat penulis berikan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1.
Sebaiknya
pihak universitas membatasi mahasiswa dalam pengambilan materi penulisan karya
ilmiah melalui internet agar mahasiswa lebih termotivasi dalam menemukan bahan
atau materi lewat beberapa buku di perpustakaan dan agar mahasiswa lebih
termotivasi untuk membaca buku.
2.
Sebaiknya
mahasiswa lebih mendalami pemahaman materi stoikiometri karena materi ini merupakan materi dari salah
satu mata kuliah umum yang perlu diluluskan untuk pengambilan SKS berikutnya.
3.
Seharusnya
diberikan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan makalah stoikiometri ini
karena mempertimbangkan masih banyak perhitungan-perhitungan yang seharusnya
dicantumkan dalam makalah ini, dan adanya tantangan lain berupa tugas-tugas MKU
lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Permana, Irvan. 2009. Memahami
Kimia 1 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Setyawati, Arifatun Arifah. 2009. Mengkaji Fenomena Alam untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri
Yamtinah dan Bakti Mulyani. 2009. Kimia
untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Thanks Infonya kak...
BalasHapusijin Coppy / Save ya.. ^^